Teks -- 1 Petrus 3:13-22 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Ptr 3:15 - KUDUSKANLAH KRISTUS DI DALAM HATIMU SEBAGAI TUHAN.
Nas : 1Pet 3:15
Petrus meminta suatu penghormatan batiniah dan pengabdian kepada
Kristus sebagai Tuhan yang selalu siap-sedia untuk berbicara bagi-...
Nas : 1Pet 3:15
Petrus meminta suatu penghormatan batiniah dan pengabdian kepada Kristus sebagai Tuhan yang selalu siap-sedia untuk berbicara bagi-Nya dan menjelaskan Injil kepada orang lain (bd. Yes 8:13). Demikianlah, kita harus mengenal Firman Allah dan kebenaran-Nya untuk bersaksi dengan benar bagi Kristus dan menuntun orang lain kepada-Nya (bd. Yoh 4:4-26).
Full Life: 1Ptr 3:19 - MEMBERITAKAN INJIL KEPADA ROH-ROH.
Nas : 1Pet 3:19
Ayat 1Pet 3:18-20 sudah sejak dahulu merupakan kesulitan bagi
para penafsir.
1) Salah satu pandangan ialah bahwa Kristus, sete...
Nas : 1Pet 3:19
Ayat 1Pet 3:18-20 sudah sejak dahulu merupakan kesulitan bagi para penafsir.
- 1) Salah satu pandangan ialah bahwa Kristus, setelah kematian dan kebangkitan-Nya (ayat 1Pet 3:18), pergi kepada malaikat-malaikat terpenjara yang berbuat dosa di zaman Nuh (ayat 1Pet 3:20; bd. 2Pet 2:4-5) dan memberitakan kepada mereka kemenangan-Nya atas kematian dan Iblis (ayat 1Pet 3:22). Tafsiran lainnya ialah bahwa Kristus oleh Roh Kudus memberitakan suatu peringatan melalui mulut Nuh (bd. 2Pet 2:5) kepada angkatan Nuh yang tidak taat, dan kini berada di Hades menantikan penghakiman terakhir. Penafsiran ini lebih cocok dengan konteks yang berbicara tentang umat yang tidak taat dan tidak selamat di zaman Nuh. Penafsiran ini juga akan selaras dengan pernyataan Petrus bahwa Roh Kristus berbicara di masa lalu melalui para nabi (2Pet 1:20-21).
- 2) Baik ayat ini maupun 1Pet 4:6 tidak mengajarkan bahwa orang berdosa yang tidak dilahirkan kembali akan mempunyai kesempatan kedua untuk menerima keselamatan setelah mati. Setelah kematian datanglah penghakiman (lih. Ibr 9:27) dan tempat menetap abadi bagi seseorang (Luk 16:26).
Full Life: 1Ptr 3:21 - JUGA KAMU SEKARANG DISELAMATKAN OLEH ... BAPTISAN.
Nas : 1Pet 3:21
Baptisan air menyelamatkan kita dalam pengertian bahwa baptisan itu
merupakan ungkapan ketaatan dari pertobatan kita, iman kita kep...
Nas : 1Pet 3:21
Baptisan air menyelamatkan kita dalam pengertian bahwa baptisan itu merupakan ungkapan ketaatan dari pertobatan kita, iman kita kepada Kristus dan komitmen kita untuk keluar dari dunia. Baptisan adalah pengakuan dan ikrar bahwa kita menjadi milik Kristus dan telah mati dan bangkit bersama-Nya (Rom 6:3-5; Gal 3:27; Kol 2:12; bd. Kis 2:38,39). Perhatikan perbandingan dengan air bah (ayat 1Pet 3:20); sama seperti ketaatan Nuh kepada perintah Allah mengenai air bah itu adalah kesaksian tentang imannya yang mendahului peristiwa itu, demikian pula tindakan melalui air baptisan itulah kesaksian akan iman kita yang mendatangkan keselamatan dari Kristus sebelum kita dibaptis.
BIS -> 1Ptr 3:18
mati: banyak naskah kuno: menderita.
Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini.
Var: sebagai Allah
Jerusalem: 1Ptr 3:15 - tentang pengharapan Sejumlah naskah menambah: dan kepercayaan. Orang-orang Kristen bersaksi bahwa menjadi pengikut dan milik Kristus, bdk Luk 12:11-12; 1Ti 6:12-15; 2Ti 4...
Sejumlah naskah menambah: dan kepercayaan. Orang-orang Kristen bersaksi bahwa menjadi pengikut dan milik Kristus, bdk Luk 12:11-12; 1Ti 6:12-15; 2Ti 4:17. Dan mereka bersaksi di hadapan orang yang tidak mengenal Allah dan tidak mempunyai pengharapan Efe 2:12; 1Te 4:13. Mereka mendapat kesempatan baik untuk bersaksi waktu dianiaya orang-orang setempat.
Jerusalem: 1Ptr 3:18--4:6 - -- Dalam bagian ini terdapat berbagai unsur dari syahadat iman: kematian Kristus, 1Pe 3:18; turunnya ke dalam dunia orang mati, 1Pe 3:19; kebangkitanNya,...
Var: segala dosa
Jerusalem: 1Ptr 3:18 - membawa kita kepada Allah Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata: kepada Allah. Kalau demikian maka terjemahannya sbb: membawa kita sertaNya.
Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata: kepada Allah. Kalau demikian maka terjemahannya sbb: membawa kita sertaNya.
Jerusalem: 1Ptr 3:19 - -- Ayat ini barangkali menyinggung turunnya Kristus ke dalam dunia orang mati (Yunani: Hades), bdk Mat 16:18+, pada waktu yang berlangsung antara wafatNy...
Ayat ini barangkali menyinggung turunnya Kristus ke dalam dunia orang mati (Yunani: Hades), bdk Mat 16:18+, pada waktu yang berlangsung antara wafatNya dan kebangkitanNya, Mat 12:40; Kis 2:24,31; Rom 10:7; Efe 4:9; Ibr 13:20; "dalam roh" Yesus turun ke sana, bdk Luk 23:46, atau kiranya dengan lebih tepat "menurut Roh". Rom 1:4+, sedangkan "dagingNya" mati di salib, Rom 8:3 dst. Roh-roh yang di dalam penjara "yang kepadanya Yesus" memberitakan Injil (harafiah: memberitakan: yakni keselamatan), ialah menurut sementara ahli roh-roh jahat yang terbelenggu (seperti dikatakan dalam buku apokrip Henokh). Ada sementara ahli yang memperbaiki teks 1Petrus, sehingga bukan Kristus melainkan Henokh memberitakan kabarnya. Dengan memberitakan kabarNya Kristus menaklukkan roh-roh itu kepada diriNya sebagai Tuhan (Kirios), 1Pe 3:22; bdk Efe 1:21 dst; Fili 2:8-10, sementara penaklukan terakhir masih dinantikan, 1Ko 15:24 dst. Sementara ahli lain berpendapat bahwa "roh-roh" itu ialah roh-roh orang mati, yang waktu air bah dihukum, tetapi berkat kesabaran Allah toh dipanggil untuk hidup, bdk 1Pe 4:6. Dalam Mat 27:52 dst terdapat suatu pikiran yang serupa tentang "orang-orang kudus" yang dibebaskan oleh Kristus pada waktu antara wafatNya dan kebangkitanNya, "orang-orang" itu ialah orang-orang benar yang menantikan Kristus, bdk Ibr 11:39 dst; Ibr 12:23, untuk bersama denganNya masuk ke dalam "Kota Suci" di akhir zaman. Turunnya Kristus ke dalam dunia orang mati itu termasuk ke dalam syahadat para rasul.
Jerusalem: 1Ptr 3:21 - kiasannya kata Yunani (anti-tipos) yang diterjemahkan dengan "kiasan" berarti: kenyataan atau realitas yang dilambangkan oleh "tipos" (bdk 1Ko 10:6) "Tipos" ata...
kata Yunani (anti-tipos) yang diterjemahkan dengan "kiasan" berarti: kenyataan atau realitas yang dilambangkan oleh "tipos" (bdk 1Ko 10:6) "Tipos" atau "lambang" itu ialah bahtera yang mengarungi air bah
Jerusalem: 1Ptr 3:21 - kenajisan jasmani Air bah yang hanya mengizinkan sekelompok orang selamat melambangkan tata penyelamatan Hukum yang lama; aturan-aturannya tentang pembasuhan biasanya h...
Air bah yang hanya mengizinkan sekelompok orang selamat melambangkan tata penyelamatan Hukum yang lama; aturan-aturannya tentang pembasuhan biasanya hanya menghasilkan pembersihan lahiriah atau "kedagingan" saja. Sebaliknya kekuatan pembaptisan tidak terbatas, sehingga menghasilkan kelahiran kembali hati manusia
Jerusalem: 1Ptr 3:21 - memohonkan hati-nurani yang baik kepada Allah Teks Yunani sukar dimengerti dan diterjemahkan. Sementara ahli berpendapat bahwa ungkapan Yunani itu merupakan ucapan yang diucapkan calon baptisan wa...
Teks Yunani sukar dimengerti dan diterjemahkan. Sementara ahli berpendapat bahwa ungkapan Yunani itu merupakan ucapan yang diucapkan calon baptisan waktu dibaptis.
Ende: 1Ptr 3:16 - Namun hendaklah.... Memberi ketenangan kepada orang lain tentang iman
djanganlah dengan sikap sombong, tetapi dengan lemah lembut dan penuh hormat.
Memberi ketenangan kepada orang lain tentang iman djanganlah dengan sikap sombong, tetapi dengan lemah lembut dan penuh hormat.
Ende: 1Ptr 3:19 - Dalam rohnja.... Tubuhnja mati, tetapi djiwa Kristus tetap hidup. Dan dalam
keadaan hidup itu, Ia pergi mewartakan kabar-gembira kepada mereka jang belum
menikmati has...
Tubuhnja mati, tetapi djiwa Kristus tetap hidup. Dan dalam keadaan hidup itu, Ia pergi mewartakan kabar-gembira kepada mereka jang belum menikmati hasil penebusan.
Ende: 1Ptr 3:21 - Air bah itu.... Permandian itu bukan sadja membersihkan badan, tetapi djuga
memurnikan hati untuk mengabdi Tuhan.
Permandian itu bukan sadja membersihkan badan, tetapi djuga memurnikan hati untuk mengabdi Tuhan.
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:14 - akan berbahagia // janganlah gentar · akan berbahagia: 1Pet 3:17; 1Pet 2:19,20; 4:15,16
· janganlah gentar: Yes 8:12,13
· akan berbahagia: 1Pet 3:17; 1Pet 2:19,20; 4:15,16
· janganlah gentar: Yes 8:12,13
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:15 - pertanggungan jawab // tentang pengharapan · pertanggungan jawab: Kol 4:6
· tentang pengharapan: Ibr 3:6; Ibr 3:6
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:16 - hati nurani // karena fitnahan · hati nurani: 1Pet 3:21; Kis 23:1; Kis 23:1
· karena fitnahan: 1Pet 2:12,15
· hati nurani: 1Pet 3:21; Kis 23:1; [Lihat FULL. Kis 23:1 ]
· karena fitnahan: 1Pet 2:12,15
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:17 - berbuat baik // itu dikehendaki · berbuat baik: 1Pet 2:20; 4:15,16
· itu dikehendaki: 1Pet 2:15; 4:19
· berbuat baik: 1Pet 2:20; 4:15,16
· itu dikehendaki: 1Pet 2:15; 4:19
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:18 - mati sekali // segala dosa // kepada Allah // sebagai manusia // menurut Roh · mati sekali: Ibr 7:27; Ibr 7:27
· segala dosa: 1Pet 2:21; 4:1,13
· kepada Allah: Rom 5:2; Rom 5:2
· sebagai manusia: Ko...
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:20 - dengan sabar // mempersiapkan bahteranya // delapan orang // yang diselamatkan · dengan sabar: Rom 2:4; Rom 2:4
· mempersiapkan bahteranya: Kej 6:3,5,13,14
· delapan orang: Kej 8:18
· yang diselamatka...
· dengan sabar: Rom 2:4; [Lihat FULL. Rom 2:4 ]
· mempersiapkan bahteranya: Kej 6:3,5,13,14
· delapan orang: Kej 8:18
· yang diselamatkan: Ibr 11:7
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:21 - sekarang diselamatkan // hati nurani // Yesus Kristus · sekarang diselamatkan: Kis 22:16; Kis 22:16
· hati nurani: 1Pet 3:16; Kis 23:1; Kis 23:1
· Yesus Kristus: 1Pet 1:3
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:22 - kanan Allah // ke sorga // ditaklukkan kepada-Nya · kanan Allah: Mr 16:19; Mr 16:19
· ke sorga: Ibr 4:14; Ibr 4:14
· ditaklukkan kepada-Nya: Mat 28:18; Mat 28:18; Rom 8:38; Rom ...
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: 1Ptr 3:8-15 - Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
Di sini Rasul Petrus beralih dari nasihat-nasihat khusus ke nasihat-nasihat yang lebih umum.
...
Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
- Di sini Rasul Petrus beralih dari nasihat-nasihat khusus ke nasihat-nasihat yang lebih umum.
- I. Ia mengajarkan bagaimana orang-orang Kristen dan sesama teman harus saling memperlakukan dengan baik. Ia menasihati orang-orang Kristen untuk seia sekata, untuk sehati dalam mempercayai iman yang sama dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama yang sama. Dan, karena banyak orang Kristen pada saat itu berada dalam keadaan yang menderita, ia meminta mereka untuk seperasaan, untuk mengasihi saudara-saudara, untuk menyayangi mereka yang sedang tertimpa kesusahan, dan untuk rendah hati kepada semua orang. Dari sini Amatilah,
- 1. Orang-orang Kristen harus berusaha seia sekata dalam perkara-perkara besar keimanan, dalam kasih sayang yang nyata, dan dalam perbuatan kristiani. Mereka harus saling rukun, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus (Rm. 15:5), bukan mengikuti kesenangan manusia, melainkan firman Allah.
- 2. Walaupun orang-orang Kristen tidak bisa berpikiran secara persis sama, namun mereka harus berbelas kasihan satu sama lain, dan mengasihi sebagai saudara. Mereka tidak boleh menganiaya atau membenci satu sama lain, tetapi harus saling mengasihi melebihi kasih sayang yang biasa-biasa saja. Mereka harus mengasihi sebagai saudara.
- 3. Kekristenan menghendaki rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang sedang kesusahan, dan sopan santun kepada semua orang. Pasti orang yang sudah terang-terangan berdosa, atau orang murtad yang kejilah yang tidak layak diperlakukan dengan sopan (1Kor. 5:11; 2Yoh. 1:10-11).
- II. Rasul Petrus mengajar kita bagaimana bersikap terhadap musuh.
- Rasul Petrus tahu bahwa orang-orang Kristen akan dibenci dan diperlakukan dengan jahat oleh semua orang oleh karena nama Kristus. Oleh sebab itu,
- 1. Ia memperingatkan mereka untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki. Sebaliknya, “apabila mereka mencaci maki kamu, berkatilah mereka. Apabila mereka berkata-kata jahat kepadamu, balaslah dengan kata-kata yang baik. Sebab Kristus, baik dengan firmanNya maupun teladan-Nya, telah memanggil kamu untuk memberkati orang-orang yang mengutuk kamu, dan telah menetapkan berkat atasmu sebagai warisanmu yang abadi, meskipun kamu tidak layak.” Menanggung kejahatan dengan sabar, dan memberkati musuh-musuhmu, adalah cara untuk mendapatkan berkat Allah ini. Amatilah,
- (1) Membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, adalah perbuatan yang tidak kristiani dan berdosa. Hakim dapat menghukum para penjahat, dan orang dapat mencari upaya hukum apabila mereka diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi balas dendam pribadi dengan bertarung, menghardik, atau diam-diam melakukan kejahatan itu dilarang (Ams. 20:22; Luk. 6:27; Rm. 12:17; 1Tes. 5:15). Mencaci maki adalah mencerca orang lain dengan kata-kata yang pahit, sengit, dan tercela. Tetapi kalau hamba-hamba Tuhan menegur dengan keras, dan berkhotbah dengan sungguh-sungguh melawan dosa-dosa zaman ini, itu bukan mencaci maki. Semua nabi dan rasul melakukannya (Yes. 56:10; Zef. 3:3; Kis. 20:29).
- (2) Hukum-hukum Kristus mewajibkan kita untuk membalas caci maki dengan berkat. Matius 5:44, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Kamu tidak boleh membenarkan mereka dalam dosa mereka, tetapi kamu harus melakukan untuk musuh-musuhmu semua hal yang dituntut oleh keadilan atau yang diperintahkan oleh kasih.” Kita harus mengasihani, mendoakan, dan mengasihi orang-orang yang mencaci maki kita.
- (3) Seperti halnya panggilan orang Kristen memberinya hak-hak istimewa, demikian pula panggilan itu mewajibkan dia untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang sulit.
- (4) Semua hamba Allah yang sungguh-sungguh pasti akan mewarisi berkat. Mereka sudah memilikinya dalam kadar yang besar, tetapi memilikinya secara penuh disediakan nanti pada keadaan dan di dunia lain.
- 2. Rasul Petrus memberikan anjuran yang luar biasa baik supaya bisa hidup bahagia dan nyaman di dunia yang penuh dengan pertengkaran dan kejahatan ini (ay. 10): anjurannya itu dikutip dari 13-15. “Jika kamu sungguh-sungguh ingin hidup lama, dan hari-harimu damai dan sejahtera, jagalah lidahmu supaya tidak mencerca, berkata-kata jahat, dan memfitnah, dan bibirmu supaya tidak berbohong, menipu, dan berpura-pura. Hindari berbuat sesuatu yang merugikan atau menyakiti sesamamu, tetapi selalu bersiaplah untuk berbuat baik, dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Carilah perdamaian dengan semua orang, dan kejarlah itu, meskipun ia lari daripadamu. Ini akan menjadi cara terbaik untuk membuat orang condong berkata-kata baik tentang kamu, dan hidup damai denganmu.” Amatilah,
- (1) Orang-orang baik yang hidup di bawah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diwajibkan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban moral yang sama. Menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir terhadap ucapan-ucapan yang menipu adalah kewajiban di zaman Daud seperti juga di zaman sekarang.
- (2) Menginginkan keuntungan-keuntungan yang sementara sifatnya sebagai alasan dan dorongan dalam menjalankan agama adalah hal yang diperbolehkan.
- (3) Pengamalan agama, khususnya mengatur lidah dengan benar, adalah cara terbaik untuk membuat hidup ini nyaman dan sejahtera. Lidah yang tulus, tidak menyinggung, dan bijaksana merupakan satu sarana untuk membuat kita dapat melewati dunia ini dengan damai dan nyaman.
- (4) Menghindari kejahatan, dan melakukan kebaikan, adalah cara untuk memperoleh kepuasan dan kebahagiaan baik di sini maupun di dunia nanti.
- (5) Sudah menjadi kewajiban orang-orang Kristen untuk tidak hanya menyambut perdamaian ketika ditawarkan, tetapi juga mencari dan mengejarnya ketika ditolak. Damai dengan masyarakat, dan damai dengan orang per orang, sebagai lawan dari perpecahan dan perseteruan, itulah yang dimaksudkan di sini.
- 3. Rasul Petrus menunjukkan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu takut bahwa perilaku yang sabar dan tidak menyinggung seperti yang diperintahkan itu justru akan mengundang dan mendorong datangnya kekejaman musuh-musuh mereka. Mereka tidak usah takut, karena Allah akan berpihak kepada mereka: Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar (ay. 12). Ia memberikan perhatian khusus kepada mereka, senantiasa memelihara dan memimpin mereka, dan memberikan penghormatan dan kasih sayang khusus kepada mereka. Telinga-Nya terbuka kepada permohonan mereka yang minta tolong, sehingga jika ada yang berbuat jahat kepada mereka, mereka memiliki obat penawar ini, yaitu mereka dapat mengeluhkannya kepada Bapa mereka di sorga, yang telinga-Nya selalu memperhatikan doa-doa hamba-Nya di dalam kesusahan, dan yang pasti akan membantu mereka melawan musuh-musuh mereka yang tidak benar. Tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat. Amarah, murka, dan pembalasan-Nya akan mengejar mereka, karena Ia teramat memusuhi para penganiaya yang fasik, lebih daripada manusia sekalipun. Cermatilah,
- (1) Kita tidak boleh dalam setiap hal mengikuti kata-kata langsung dari Kitab Suci, tetapi harus mempelajari arti dan maknanya, sebab kalau tidak, kita akan disesatkan ke dalam berbagai kesalahan dan kejanggalan yang menghujat. Kita tidak boleh membayangkan bahwa Allah mempunyai mata, telinga, dan wajah, meskipun ini adalah kata-kata langsung dari Kitab Suci.
- (2) Allah memberikan perhatian khusus dan kasih sayang sebagai orangtua kepada semua umat-Nya yang benar.
- (3) Allah betul-betul selalu mendengar doa-doa orang percaya (1Yoh. 5:14; Ibr. 4:16).
- (4) Meskipun Allah itu baik secara tak terhingga, namun Ia membenci para pendosa yang tidak mau bertobat, dan akan menumpahkan murka-Nya atas orang-orang yang berbuat jahat. Ia akan berbuat benar bagi diri-Nya sendiri, dan berbuat adil terhadap seluruh dunia. Dan kebaikan-Nya tidak menjadi penghalang bagi Dia untuk berbuat demikian.
- 4. Perilaku yang sabar dan rendah hati dari orang-orang Kristen ini dianjurkan dan didesakkan lebih jauh lagi berdasarkan dua pertimbangan:
- (1) Perilaku ini akan menjadi cara terbaik dan paling pasti untuk mencegah penderitaan, sebab siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu? (ay. 13). Hal ini, saya kira, dikatakan untuk orang-orang Kristen dalam keadaan biasa, bukan dalam ganasnya penganiayaan. “Biasanya, hanya ada sedikit orang yang begitu biadab dan tercela yang akan membahayakan orang-orang yang hidup dengan begitu polos dan bermanfaat seperti kamu.”
- (2) Perilaku ini adalah cara untuk mendapatkan manfaat dari penderitaan. “Jika kamu rajin berbuat baik, tetapi menderita juga, maka itu berarti kamu menderita demi kebenaran (ay. 14), dan penderitaan itu akan membawa kemuliaan dan kebahagiaan bagimu, karena penderitaan itu membuatmu berhak mendapatkan berkat yang dijanjikan oleh Kristus” (Mat. 5:10). Oleh karena itu,
- [1] “Kamu tidak perlu takut terhadap apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menyerang kamu dengan kengerian, juga tidak perlu banyak gelisah atau khawatir akan kegeraman atau kekuatan musuh-musuhmu.” Amatilah, pertama, selalu mengikuti apa yang baik adalah jalan terbaik yang dapat kita ambil untuk terhindar dari bahaya. Kedua, menderita karena kebenaran merupakan kehormatan dan kebahagiaan orang Kristen. Men derita demi kebenaran, demi hati nurani yang baik, atau kewajiban apa saja dari orang Kristen, merupakan suatu kehormatan besar. Kegembiraannya lebih besar daripada siksaannya, kehormatannya lebih besar daripada aibnya, dan keuntungannya jauh lebih besar daripada kerugiannya. Ketiga, orang-orang Kristen tidak mempunyai alasan untuk takut terhadap ancaman atau kegeraman siapa saja dari musuh-musuh mereka. “Musuh-musuhmu adalah musuh-musuh Allah, wajah- Nya menentang mereka, kuasa-Nya mengatasi mereka. Mereka adalah sasaran kutukan-Nya, dan tidak dapat melakukan apa-apa kepadamu tanpa seizin Dia. Oleh sebab itu, janganlah kamu gelisah karena mereka.”
- [2] Daripada menggentarkan diri dengan perasaan takut terhadap manusia, pastikanlah untuk menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan (ay. 15). Kepadanyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar (Yes. 8:12-13). Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi takutilah Dia, yang mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka (Luk. 12:4-5). Kita menguduskan Tuhan Allah di dalam hati kita apabila kita dengan tulus dan sungguh-sungguh memuja Dia, apabila pikiran-pikiran kita tentang Dia dipenuhi dengan ketakjuban dan penghormatan, apabila kita mengandalkan kuasa-Nya, percaya pada kesetiaan-Nya, berserah pada hikmat-Nya, meniru kekudusan-Nya, dan memberi-Nya kemuliaan yang layak bagi kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang mengagumkan. Kita juga menguduskan Allah di hadapan orang lain apabila kita berperilaku sedemikian rupa sehingga mengajak dan mendorong orang lain untuk memuliakan dan menghormati Dia. Kedua-duanya dituntut (Im. 10:3). “Apabila kaidah ini sudah meresap ke dalam lubuk hatimu, maka selanjutnya, berkenaan dengan manusia, bersiaplah senantiasa, yaitu mampu dan rela, untuk memberi pertanggungan jawab, atau membuat pembelaan, untuk iman yang kamu akui. Dan lakukanlah itu kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, pengharapan macam apa yang kamu miliki, atau yang membuatmu menderita kesusahan-kesusahan seperti itu di dunia.” Amatilah, pertama, rasa takjub akan kesempurnaan-kesempurnaan ilahi adalah obat penawar terbaik untuk melawan ketakutan terhadap penderitaan. Kalau kita lebih takut kepada Allah, maka pastilah kita tidak akan begitu takut lagi kepada manusia. Kedua, harapan dan iman orang Kristen dapat dibela di hadapan seluruh dunia. Ada alasan yang baik untuk beragama. Agama bukanlah khayalan melainkan rancangan yang masuk akal yang diwahyukan dari sorga, yang diperlukan untuk memenuhi semua kebutuhan orang-orang berdosa yang sengsara, dan yang berpusat sepenuhnya pada kemuliaan Allah melalui Yesus Kristus. Ketiga, setiap orang Kristen wajib mempertanggungjawabkan dan membela pengharapan yang ada pada dirinya. Orang-Orang Kristen harus siap memberikan alasan bagi Kekristenan mereka, supaya terlihat bahwa mereka tidak terdorong memeluknya karena kebodohan atau angan-angan. Pembelaan ini mungkin perlu diberikan lebih dari satu atau dua kali, sehingga dengan demikian orang-orang Kristen harus selalu siap memberikan pembelaan itu, entah kepada hakim, jika ia menuntutnya, atau kepada setiap orang Kristen yang bertanya-tanya, yang ingin mengetahuinya dengan lebih baik atau untuk memperbaiki diri. Keempat, pengakuan-pengakuan iman kita ini haruslah dibuat dengan lemah lembut dan hormat. Membela agama haruslah dilakukan dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan, dalam takut akan Allah, dengan mawas diri, dan rasa hormat terhadap mereka yang di atas kita.
Matthew Henry: 1Ptr 3:16-17 - Hati Nurani yang Murni dan Hidup yang Saleh Hati Nurani yang Murni dan Hidup yang Saleh (3:16-17)
Pengakuan iman Kristen tidak dapat sepenuhnya diakui kecuali bila didukung dengan dua sarana ...
Hati Nurani yang Murni dan Hidup yang Saleh (3:16-17)
- Pengakuan iman Kristen tidak dapat sepenuhnya diakui kecuali bila didukung dengan dua sarana yang disebutkan secara khusus ini, yaitu hati nurani yang murni dan hidup yang saleh. Hati nurani itu baik apabila ia melakukan pekerjaannya dengan baik, jika ia tetap murni dan tidak bobrok, dan bersih dari kesalahan. Dengan begitu, barulah hati nurani akan membenarkan kamu, walaupun manusia mendakwa kamu. Hidup yang saleh dalam Kristus adalah hidup yang kudus, sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. “Pelihara baik-baik hati nuranimu, dan hidupmu. Maka, walaupun manusia berkata-kata jahat tentang kamu, dan memfitnah kamu sebagai penjahat, kamu akan membersihkan dirimu sendiri, dan mempermalukan mereka. Mungkin kamu menganggapnya sulit untuk menderita karena berbuat baik, karena menjaga hati nurani yang murni dan hidup yang saleh. Tetapi janganlah berkecil hati, sebab lebih baik untukmu, meskipun lebih buruk bagi musuh-musuhmu, jika kamu menderita karena berbuat baik daripada karena berbuat jahat.” Amatilah,
- 1. Orang yang paling teliti memeriksa batin tidak bisa terhindar dari celaan dan fitnah orang-orang jahat. Mereka akan berkata-kata jahat tentang dia, seolah-olah ia penjahat, dan menuduhnya melakukan kejahatan-kejahatan yang justru dibenci oleh jiwanya: Kristus dan para rasul-Nya diperlakukan demikian.
- 2. Hati nurani yang murni dan hidup yang saleh adalah sarana terbaik untuk menjaga nama baik. Keduanya akan memberikan nama baik yang teguh dan bertahan lama.
- 3. Tuduhan palsu pada umumnya akan membuat malu si penuduh itu sendiri, karena tuduhan itu menyingkapkan setidak-tidaknya perbuatannya sendiri, ketidakbenaran, kepalsuan, dan sifat hatinya yang jahat.
- 4. Adakalanya sudah menjadi kehendak Allah bahwa orang-orang baik harus menderita karena berbuat baik, karena kejujuran mereka dan karena iman mereka.
- 5. Sama seperti berbuat baik kadang-kadang membuat orang baik rentan tertimpa penderitaan, demikian pula berbuat jahat tidak akan membebaskan orang jahat dari penderitaan. Rasul Petrus memandang di sini bahwa orang bisa menderita untuk kedua-duanya. Jika penderitaan orang baik karena berbuat baik saja sudah begitu parah, maka apa jadinya lagi dengan penderitaan orang jahat karena berbuat jahat? Sungguh menyedihkan orang yang berada dalam keadaan di mana dosa dan penderitaan ber temu bersama-sama pada saat yang sama. Dosa membuat penderitaan menjadi teramat sangat berat, merugikan, menggelisahkan hati, dan merusak diri.
Matthew Henry: 1Ptr 3:18-20 - Penderitaan-penderitaan Kristus Penderitaan-penderitaan Kristus (3:18-20)
Di sini,
I. Teladan Kristus dikemukakan sebagai alasan untuk bersabar di bawah penderitaan. Kekuat...
Penderitaan-penderitaan Kristus (3:18-20)
- Di sini,
- I. Teladan Kristus dikemukakan sebagai alasan untuk bersabar di bawah penderitaan. Kekuatan alasan ini akan kita sadari jika kita menimbang beberapa hal yang terkandung dalam perkataan itu. Oleh karena itu cermatilah,
- 1. Yesus Kristus sendiri tidak bebas dari penderitaan-penderitaan dalam kehidupan ini, meskipun Ia sendiri tidak bersalah dan dapat menolak segala penderitaan jika mau.
- 2. Alasan atau penyebab yang mengharuskan terjadinya penderitaan Kristus adalah dosa-dosa manusia: Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita. Penderitaan-penderitaan Kristus adalah hukuman yang benar dan tepat. Hukuman ini dijalani untuk menebus dan membuat pendamaian bagi dosa, dan itu mencakup semua dosa.
- 3. Dalam kasus penderitaan Tuhan kita, Ia yang benar menderita untuk orang tidak benar. Ia menggantikan tempat kita, dan menanggung kesalahan-kesalahan kita. Ia yang tidak mengenal dosa menderita sebagai ganti mereka yang tidak mengenal kebenaran.
- 4. Jasa dan kesempurnaan korban Kristus adalah sedemikian rupa sehingga bagi-Nya menderita satu kali saja sudah cukup. Korban-korban hukum Taurat diulangi dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun. Tetapi korban Kristus, sekali dipersem bahkan, sudah membersihkan dosa (Ibr. 7:27; 9:26, 28; 10:10, 12, 14).
- 5. Tujuan atau maksud akhir yang membahagiakan dari penderitaan-penderitaan Tuhan kita adalah untuk membawa kita kepada Allah, untuk mendamaikan kita dengan Allah, untuk membuka jalan masuk bagi kita menghadap Bapa, untuk membuat kita dan pelayanan-pelayanan kita berkenan kepada-Nya, dan untuk mengantar kita kepada kemuliaan kekal (Ef. 2:13, 18; 3:12; Ibr. 10:21-22).
- 6. Duduk perkara dan peristiwa penderitaan Kristus, berkenaan dengan diri-Nya sendiri, adalah bahwa Ia dihukum mati dalam kodrat-Nya sebagai manusia, tetapi dihidupkan dan dibangkitkan lagi oleh Roh. Nah, jika Kristus tidak bebas dari penderitaan, mengapa orang Kristen berharap bebas darinya? Jika Ia menderita, untuk menebus dosa-dosa, mengapa kita tidak puas menerima penderitaan, sementara penderitaan-penderitaan kita hanya untuk ujian dan pelajaran, dan bukan untuk penebusan? Jika penderitaan terjadi pada-Nya, meskipun Ia benar secara sempurna, mengapa tidak pada kita, yang semuanya pembuat kejahatan? Jika Ia pernah menderita, dan kemudian masuk ke dalam kemuliaan, bukankah kita harus bersabar di dalam kesulitan, karena kesulitan itu hanya sebentar dan kita akan mengikuti-Nya ke dalam kemuliaan? Jika Ia telah mati, supaya Ia membawa kita kepada Allah, bukankah kita harus menerima kesulitan, karena kesulitan-kesulitan itu sangat bermanfaat untuk mendorong kita kembali kepada Allah, dan menjalankan kewajiban kita kepada-Nya?
- II. Rasul Petrus beralih dari teladan Kristus ke teladan di zaman dulu, dan memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi, yang kepada mereka ia menulis, bagaimana orang-orang yang percaya dan menaati pemberitaan Kristus melalui Nuh mengalami peristiwa yang berbeda dari mereka yang terus tidak taat dan tidak percaya. Ini mengisyaratkan kepada orang-orang Yahudi bahwa mereka berada di bawah hukuman serupa. Allah tidak akan menunggu mereka jauh lebih lama lagi. Sekarang mereka sudah ditawarkan rahmat. Siapa yang menerimanya akan diselamatkan, tetapi siapa yang menolak Kristus dan Injil pasti akan dihancur kan seperti yang terjadi sebelumnya pada orang-orang yang tidak taat pada zaman Nuh.
- 1. Untuk menjelaskan hal ini, kita dapat memperhatikan,
- (1) Pemberitanya, yaitu Kristus Yesus, yang telah melibatkan diri-Nya sendiri dalam perkara-perkara jemaat dan dunia sejak Ia pertama-tama dijanjikan kepada Adam (Kej. 3:15). Ia pergi, bukan pergi secara fisik, melainkan bergerak untuk keperluan khusus, seperti Allah sering kali dikatakan bergerak (Kej. 11:5; Hos. 5:15; Mi. 1:3). Ia pergi memberitakan, oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam diri orang-orang pada zaman Nuh itu, dan mengilhami serta memampukan Henokh dan Nuh untuk memohon dengan mereka, dan memberitakan kebenaran kepada mereka, seperti dalam 2 Petrus 2:5.
- (2) Para pendengarnya. Karena mereka sudah mati dan raga mereka sudah punah ketika Rasul Petrus berbicara tentang mereka, maka dengan tepat ia menyebut mereka sebagai roh-roh yang sekarang berada di dalam penjara. Bukan berarti bahwa mereka berada di dalam penjara ketika Kristus memberitakan Injil kepada mereka, seperti yang dikatakan terjemahan Latin kasar dan para penafsir dari gereja tertentu.
- (3) Dosa orang-orang ini: Mereka tidak taat, yaitu memberontak, tidak mau insaf, dan tidak percaya, menurut arti kata yang dipakai. Dosa mereka ini semakin diperberat karena Allah sudah menanti dengan sabar (sudah menunggu mereka selama 120 tahun lamanya), waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dan melalui bahtera itu, seperti juga melalui pemberitaannya, memberi mereka peringatan yang semestinya tentang apa yang akan terjadi pada mereka.
- (4) Peristiwa yang terjadi: tubuh mereka tenggelam, dan roh mereka dicampakkan ke dalam neraka, yang disebut sebagai penjara (Mat. 5:25; 2Ptr. 2:4-5). Tetapi Nuh dan keluarganya, yang percaya dan taat, selamat di dalam bahtera.
- 2. Dari keseluruhan kisah ini kita dapat belajar bahwa,
- (1) Allah memperhatikan secara cermat segala sarana dan keuntungan yang dimiliki oleh manusia di segala zaman bagi keselamatan jiwa mereka. Diperhitungkan kepada du nia di zaman dulu bahwa Kristus menawarkan pertolongan-Nya kepada mereka, mengutus Roh-Nya, memberi mereka peringatan yang semestinya melalui Nuh, dan menunggu untuk waktu yang lama supaya mereka berubah.
- (2) Walaupun Allah bersabar menunggu orang-orang berdosa untuk waktu yang lama, kesabaran-Nya akan habis pada akhirnya. Tidak pantas bagi keagungan Allah yang akbar untuk selalu menunggu manusia dengan sia-sia.
- (3) Roh-roh para pendosa yang tidak taat, segera setelah keluar dari tubuh mereka, dicampakkan ke dalam penjara neraka, yang dari situ tidak akan ada penebusan lagi.
- (4) Jalan yang diikuti oleh kebanyakan orang bukanlah jalan terbaik, terbijak, atau teraman untuk kita ikuti. Lebih baik mengikuti delapan orang di dalam bahtera daripada delapan juta orang yang tenggelam oleh air bah dan dikutuk ke dalam neraka.
Matthew Henry: 1Ptr 3:21-22 - Baptisan Kristiani Baptisan Kristiani (3:21-22)
Keselamatan Nuh di dalam bahtera di atas air melambangkan keselamatan semua orang Kristen yang baik di dalam jemaat me...
Baptisan Kristiani (3:21-22)
- Keselamatan Nuh di dalam bahtera di atas air melambangkan keselamatan semua orang Kristen yang baik di dalam jemaat melalui baptisan. Keselamatan sementara oleh bahtera itu adalah perlambang, sedangkan yang diperlambangkan adalah keselamatan kekal orang-orang percaya melalui baptisan. Untuk mencegah kekeliruan tentang hal ini Rasul Petrus,
- I. Menyatakan apa yang dimaksudkannya dengan baptisan yang menyelamatkan. Bukan upacara lahiriah membasuh dengan air, yang dengan sendirinya tidak lebih daripada membersihkan kotoran pada tubuh, melainkan baptisan yang di dalamnya ada jawaban iman atau penegasan kembali hati nurani untuk dengan bulat hati kembali murni, mau percaya dan mengabdi sepenuhnya kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, serta pada saat yang sama menyangkal keinginan daging, dunia, dan Iblis. Perjanjian baptis, yang dibuat dan dijaga, pasti akan menyelamatkan kita. Membasuh adalah tanda yang terlihat, sedangkan tanggapan iman adalah hal yang ditandakan itu.
- II. Rasul Petrus menunjukkan bahwa keberhasilan baptisan untuk menyelamatkan tidak bergantung pada perbuatan yang dilakukan, melainkan pada kebangkitan Kristus, yang dengan sendirinya termasuk kematian-Nya, dan merupakan dasar iman dan pengharapan kita. Baptisan kita dianggap benar jika kita mati bagi dosa, dan bangkit kembali ke dalam hidup yang kudus dan baru. Amatilah,
- 1. Sakramen baptisan, yang diterima dengan benar, adalah sarana dan jaminan keselamatan. Kita sekarang diselamatkan oleh baptisan. Allah berkenan memberikan berkat-berkat-Nya kepada kita di dalam dan melalui upacara-upacara yang ditetapkan-Nya (Kis. 2:38; 22:16).
- 2. Menjalankan baptisan secara lahiriah tidak akan menyelamatkan siapa-siapa tanpa adanya tanggapan untuk memiliki hati nurani yang murni dan hidup yang saleh. Harus ada tanggapan berupa hati nurani yang baik terhadap Allah. Keberatan, bayi tidak bisa memberikan tanggapan seperti itu, dan karena itu tidak boleh dibaptis. Jawaban, sunat yang benar adalah sunat di dalam hati, secara rohani (Rm. 2:29). Anak-anak tidak mampu memberikan tanggapan ini pada waktu disunat, dan demikian pula bayi tidak mampu memberikan tanggapan ini pada waktu dibaptis. Namun demikian, anak-anak boleh disunat pada hari kedelapan. Oleh sebab itu, bayi-bayi dari jemaat Kristen boleh mengikuti upacara baptisan ini dengan alasan yang sama seperti bayi-bayi Yahudi, kecuali ada yang menghalangi mereka untuk melakukannya karena larangan yang jelas dari Kristus.
- III. Setelah menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus, Rasul Petrus melanjutkan dengan berbicara tentang kenaikan-Nya, dan duduknya Dia di sebelah kanan Bapa, sebagai hal yang pantas direnungkan oleh orang-orang percaya ini untuk menghibur mereka dalam keadaan mereka yang menderita (ay. 22). Jika pengangkatan Kristus sedemikian mulia setelah Ia mendapat penghinaan yang mendalam, maka janganlah para pengikut-Nya berputus asa, tetapi hendaklah mereka berharap bahwa setelah masa-masa susah yang sebentar ini, mereka akan diangkat pada sukacita dan kemuliaan yang melampaui dunia ini. Amatilah,
- 1. Yesus Kristus, setelah menuntaskan pekerjaan-Nya dan penderitaan-Nya di bumi, naik dalam kemenangan ke sorga. Tentang hal itu lihat Kisah Para Rasul 1:9-11; Markus 16:19. Ia naik ke sorga untuk menerima mahkota dan kemuliaan yang telah diperoleh-Nya sendiri (Yoh. 17:5), untuk menyelesaikan bagian pekerjaan-Nya sebagai Pengantara yang tidak dapat dilakukan di bumi, dan menjadi Pengantara di sana bagi umat-Nya, untuk memperlihatkan bahwa korban-Nya sudah memuaskan secara penuh, untuk memiliki sorga bagi umatNya, untuk mempersiapkan rumah-rumah bagi mereka, dan untuk mengutus Sang Penghibur, yang akan menjadi buah pertama dari kepengantaraan-Nya (Yoh. 16:7).
- 2. Setelah kenaikan-Nya ke sorga, Kristus bertakhta di sebelah kanan Bapa. Duduknya Dia di sana menandakan berdiam dan berhentinya Dia secara mutlak dari segala kesusahan dan penderitaan lebih lanjut, dan diangkatnya Dia pada martabat pribadi tertinggi dan kekuasaan yang berdaulat.
- 3. Semua malaikat, kuasa, dan kekuatan ditaklukkan kepada Kristus Yesus: segala kuasa di sorga dan di bumi, memerintah, memberikan hukum, mengeluarkan perintah, dan menjatuhkan hukuman terakhir diserahkan kepada Yesus, Allah-manusia. Bagi musuh-musuhnya, hal ini akan membawa kepedihan dan kegalauan kekal, tetapi bagi hamba-hamba-Nya sukacita dan kepuasan kekal.
SH: 1Ptr 3:8-17 - Menderita karena kebenaran (Rabu, 20 Oktober 2004) Menderita karena kebenaran
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali
penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal...
Menderita karena kebenaran
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal ini terjadi maka nasihat Petrus dalam bagian ini patut diperhatikan.
Dalam nas ini, Petrus secara khusus mengingatkan jemaat untuk memelihara hidup mereka di dalam kasih dan perdamaian dengan semua orang sekalipun jemaat tidak diperlakukan dengan baik oleh mereka (ayat 8-9), karena memang itulah yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya (ayat 10-12). Memang orang yang berbuat baik tidak seharusnya menderita (ayat 13). Akan tetapi, Petrus mengingatkan jemaat bahwa sekalipun mereka telah melakukan apa yang benar dan baik sesuai dengan kehendak Allah, namun tetap harus mengalami penderitaan, maka hal ini bukanlah hukuman dari Allah, melainkan sebuah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk memurnikan iman mereka (band. 1:7-9). Lalu bagaimana jemaat harus bersikap menghadapi penderitaan itu? Pertama, jemaat harus berbahagia dan bukan takut atau gentar (ayat 14). Mengapa? Sebab jika jemaat menderita karena kebenaran dan bukan karena telah berbuat kejahatan, maka penderitaan ini merupakan suatu pengorbanan yang diperkenan Allah. Bukankah tidak ada hal yang lebih indah selain hidup dalam perkenan Allah? Kedua, jemaat harus tunduk kepada otoritas Kristus sebagai Tuhan yang "memegang" hidupnya bahkan menguasai kehidupan semua orang sehingga jemaat dapat memercayakan diri ke dalam tangan-Nya. Ketiga, jemaat harus siap memberi jawaban kepada semua orang tentang pengharapan iman Kristen yakni pekerjaan yang sedang Allah genapi dalam hidup umat-Nya melalui penderitaan.
Ada suatu janji Tuhan yang indah bagi umat-Nya yang sedang mengalami penderitaan yaitu Dia yang telah berkenan mengizinkan kita mengalami penderitaan tidak akan pernah berhenti menopang, memberi kekuatan dan menghibur kita. Allah yang mengizinkan anak-anak-Nya menderita, tidak hanya menonton, tetapi turut menanggung penderitaan itu.
Renungkan: Jika Tuhan menghendaki kita menderita karena berbuat sesuai firman-Nya, bagaimana respons kita?
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Menderita karena melakukan kebenaran (Jumat, 16 Juli 1999) Menderita karena melakukan kebenaran
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku
baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak sel...
Menderita karena melakukan kebenaran
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak Allah.
Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.
Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja.
SH: 1Ptr 3:13-22 - Respons atas penderitaan (Jumat, 25 November 2011) Respons atas penderitaan
Banyak orang yang berpendapat bahwa jika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka kita akan mengalami hidup ya...
Respons atas penderitaan
Banyak orang yang berpendapat bahwa jika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka kita akan mengalami hidup yang penuh dengan sukacita dan bebas dari segala kesulitan. Pendeknya kita akan memiliki sebuah hidup yang berbahagia.
Petrus berkata bahwa berbuat baik memang berdampak baik bagi kita dan dapat menghindarkan kita dari berbagai dampak yang akan muncul apabila kita berlaku tidak baik (13). Namun tidak semua hal bisa dihindarkan meskipun kita telah berlaku baik. Ada kalanya kita akan mengalami penderitaan justru karena kita memilih untuk tetap berdiri tegak di atas kebenaran (14). Bagi Petrus, penderitaan karena kebenaran jauh lebih baik daripada penderitaan yang harus dialami karena orang berbuat jahat (17).
Menderita karena kebenaran adalah sebuah berkat. Sukacita tidak serta merta terhenti ketika penderitaan karena kebenaran harus dialami. Sukacita yang dimaksud bukanlah semacam perasaan yang menyenangkan, tetapi sukacita karena tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang diperkenan Tuhan. Memang bisa saja terjadi bahwa penderitaan yang terjadi karena berbuat baik merupakan kehendak Tuhan (17). Maka hal yang perlu kita ingat adalah bahwa dunia ini telah membuat Kristus menderita padahal Dia hidup sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan bagi para pengikut Kristus untuk menanggung penderitaan karena kebenaran. Dan penderitaan semacam itu mengidentifikasi kedekatan kita dengan Tuhan kita.
Petrus juga mengingatkan pembacanya untuk tidak takut terhadap ancaman manusia, sebaliknya mereka perlu menjadikan penderitaan sebagai sebuah kesempatan untuk menyatakan kebenaran Injil (15-16).
Bila kita harus mengalami penderitaan karena berdiri di atas kebenaran, bagaimana respons awal kita? Mengeluh atau justru bersyukur karena itu berarti kita dianggap layak untuk itu? Kiranya surat Petrus ini mengingatkan kita senantiasa untuk merespons dengan tepat setiap penderitaan yang hadir karena kita berpihak pada kebenaran.
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Pengharapan yang Ada Padamu (Jumat, 17 Agustus 2018) Pengharapan yang Ada Padamu
Berbahagialah jika kita menderita karena kebenaran (14). Jemaat yang disurati Petrus tahu benar bagaimana rasanya difitna...
Pengharapan yang Ada Padamu
Berbahagialah jika kita menderita karena kebenaran (14). Jemaat yang disurati Petrus tahu benar bagaimana rasanya difitnah dan menderita karena berbuat baik dan benar. Hidup lurus dan berbuat baik bukanlah jaminan untuk hidup nyaman tanpa kesulitan.
Betapa sulitnya menjalankan nasihat Petrus. Bukan saja kita sering merasa takut, tetapi juga marah karena ketidakadilan dan kejahatan yang menimpa orang benar. Namun Petrus mengingatkan kita kepada penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus, yang sekarang menjadi sumber keselamatan kita (18-22).
Nasihat Petrus di sini sama dengan yang diberikan kepada istri dan budak (1Pet. 2:18, 3:1) yaitu kesalehan dan ketaatan sebagai gaya hidup semua orang Kristen. Ketaatan dan kesalehan yang demikian hanya dapat dilakukan ketika kita mengkhususkan Kristus dalam hati sebagai Tuhan (15). Dengan tetap mempertahankan hidup yang saleh walau ditimpa kesulitan, pengharapan kita kepada Tuhan menjelma menjadi perbuatan konkret yang dijalani setiap hari. Ketika pengharapan iman menjadi napas hidup kita, ada kemungkinan orang lain menjadi ingin tahu dan mempertanyakan hal itu. Karena itu, Petrus menyarankan agar kita menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat.
Penderitaan yang dimaksud Petrus adalah penderitaan karena melakukan kebenaran. Kondisi jemaat Petrus yang hidup dalam tekanan dan penjajahan kekaisaran Romawi merupakan kenyataan yang harus mereka jalani setiap hari. Pada saat seperti itu pengharapan kepada Tuhan benar-benar diuji sehingga banyak orang yang datang untuk membersihkan hidupnya dari dosa dan semakin bergantung kepada Tuhan (1Pet. 4:1).
Ketika hidup yang benar dan saleh terus dihina dan difitnah, Petrus mengingatkan kita untuk terus berharap kepada Allah. Sebab Allah yang akan menghakimi dan mempermalukan para pemfitnah itu (1Pet. 3:16; 4:6).
Doa: Tolong kami Tuhan untuk menghidupi pengharapan iman secara konkret dalam keseharian kami, ketika kami dihina dan difitnah. [IM]
SH: 1Ptr 3:18-22 - Menang dalam penderitaan (Kamis, 21 Oktober 2004) Menang dalam penderitaan
Konteks bagian sulit ini adalah menjadikan hidup Tuhan Yesus
teladan dan sumber ketahanan orang Kristen ketika harus
...
Menang dalam penderitaan
Konteks bagian sulit ini adalah menjadikan hidup Tuhan Yesus teladan dan sumber ketahanan orang Kristen ketika harus menderita karena kebenaran. Konteks ini perlu kita jadikan tempat beranjak untuk mengerti ayat-ayat sulit yang diapitnya.
Penderitaan dan kematian Kristus tidak saja merupakan sumber bagi keselamatan kita, tetapi juga menjadi teladan yang harus kita tiru. Ia rela menderita bahkan berkorban bagi orang-orang yang tidak benar, meski diri-Nya benar adanya. Tubuh-Nya dapat dibunuh, tetapi roh-Nya tidak (ayat 18). Itu sebab, Ia bangkit, naik ke surga dan dari sana memerintah segala sesuatu (ayat 22). Kesediaan Kristus untuk menderita dan kemenangan-Nya ini menjadi motif dan kekuatan bagi orang kristen yang menderita. Berarti apa yang ingin ditekankan Petrus dari Kristus ialah teladan, kemenangan dan dampak positif kematian-Nya.
Bagian ini tidak mengajarkan bahwa sesudah kematian orang masih berkesempatan untuk bertobat dan diselamatkan. Petrus ingin menegaskan bahwa bahkan pada saat kematian-Nya, Kristus menang sebab roh-Nya tidak mati, tetapi bebas dan mewartakan kemenangan-Nya. Tentang arti bagian sulit ini, ada empat pendapat. Pertama, roh-roh terpenjara itu adalah anak-anak Allah dan mereka yang jatuh ke dalam dosa. Kedua, proklamasi yang Kristus lakukan mirip tugas Nuh yang mengajarkan orang-orang zamannya untuk bertobat. Ketiga, roh-roh tersebut adalah orang-orang pilihan Allah yang belum sempat mendengar Injil. Keempat, roh-roh tersebut adalah orang-orang Yahudi yang terpenjara oleh Taurat dan menanti-nantikan Mesias. Entah tafsiran mana yang tepat, yang pasti tidak ada kekuatan apa pun dapat menghentikan kemenangan dalam dan menurut Kristus. Dengan mengacu kepada Tuhan Yesus, Petrus ingin mengorbankan harapan di dalam mereka yang sedang menderita karena Dia. Ia menang dalam kematian-Nya, mereka pun demikian.
Renungkan: Kematian-Nya menghapuskan kuasa dosa. Kebangkitan-Nya mengalahkan kuasa maut. Karena itu, bagi orang Kristen, menderita demi kebenaran adalah jalan menuju kemenangan.
Utley -> 1Ptr 3:13-22
Utley: 1Ptr 3:13-22 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:13-2213 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:13-22
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu JANGANLAH KAMU TAKUTI APA YANG MEREKA TAKUTI DAN JANGANLAH GENTAR. 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. 18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, 19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan — maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah — oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.
1Pet 3:13 "siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu" Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Mazm 118:6 karena mazmur ini dikutip dalam 1Pet 2:7,9. Kebenaran yang sama dinyatakan dalam Rom 8:31-34.
Orang percaya harus terus-menerus diingatkan bahwa dunia ini bukan rumah mereka dan hal-hal jasmani bukanlah realitas yang terutama! Kita adalah peziarah di sini, hanya lewat saja. Kita tidak perlu takut (yaitu, ay. 1Pet 3:14).
Sungguh ironis bahwa mereka yang dilindungi oleh Tuhan seringkali justru merupakan orang-orang yang sedang dianiaya. Mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan tidak melindungi seseorang dari rasa sakit, perlakuan tidak adil, bahkan kematian. Ini mungkin terlihat seperti kejahatan telah menang, tapi tunggu, bahkan di tengah-tengah penderitaan, orang percaya tetap diberkati (lih. Mat 5:10-12; Kis 5:41).
□ "jika kamu rajin berbuat baik?"Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti tindakan yang potensial. Mereka menderita khususnya karena mereka adalah orang Kristen (lih. ay. 1Pet 3:14; 2:19; 3:16; 4:16). Namun, perhatikan ketergantungannya (yaitu, SUBJUNCTIVE MOOD), "rajin berbuat baik"!
1Pet 3:14 "Tetapi sekalipun kamu harus menderita" Ini adalah sebuah KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang langka (kondisi yang jauh dari kenyataan), yang berarti tindakan yang mungkin terjadi, tapi tidak pasti (lih. 2Tim 3:12). Tidak semua orang percaya di mana-mana menderita. Penderitaan dari dahulu sampai sekarang tidak pernah menjadi pengalaman dari setiap orang Kristen, tetapi setiap orang Kristen harus siap (lih. 1Pet 4:12-16, Yoh 15:20, Kis 14:22, Wah 8:17)!
□ "kebenaran" Dalam konteks ini pasti merujuk pada hidup yang saleh atau saksi verbal kita tentang Injil. Lihat Topik Khusus berikut.
□ "kamu akan berbahagia" Ini adalah istilah yang berbeda dari ay. 1Pet 3:9. Ini adalah istilah yang digunakan dalam Firman Bahagia dari Khotbah Yesus di Bukit (lih. Mat 5:10-12). Orang percaya dihubungkan dengan nabi PL sebagai terang dan wahyu Allah ke dunia yang hilang. Dengan kesaksian kita bahkan di tengah-tengah penganiayaan, orang tidak percaya bisa berbalik dan memuji Allah (lih. 1Pet 3:1,8-9).
□ "JANGANLAH KAMU TAKUTI APA YANG MEREKA TAKUTI" Ini adalah singgungan kepada Yes 8:12-13 (lihat konsep serupa dalam Yes 50:9; 54:17, Rom 8:31-38). Secara harfiah ini adalah "jangan mentakuti ketakutan mereka" Frasa ini bisa dipahami dalam dua cara: (1) takut akan Allah yang dirasakan oleh para penganiaya (2) rasa takut yang mereka tanamkan pada orang lain. Kurangnya rasa takut merupakan karakteristik dari anak Allah (lih. ay. 1Pet 3:6).
1Pet 3:15 "tetapi kuduskanlah" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, yang berarti suatu tindakan di masa lalu tentang menkhususkan seseorang untuk digunakan Allah (ini juga mungkin mencerminkan Yes 8:14, yang memiliki kata "tempat kudus"). Orang percaya harus menguduskan Kristus dalam hati mereka sebagaimana Kristus menguduskan diri-Nya bagi mereka (lih. Yoh 17:19).
Perhatikan bahwa dalam 1Tes 5:23 Allah lah yang menguduskan orang percaya. Sekarang orang percaya diperintahkan untuk menguduskan diri mereka sendiri. Ini adalah paradoks perjanjian dari iman alkitabiah (bandingkan Yeh 18:31 dengan Yeh 36:26-27). Allah berdaulat, namun manusia juga bebas dan harus melaksanakan kebebasan tersebut dalam kehendak Allah. Dan bagaimana kita menguduskan Kristus?
- 1. dengan kasih kita pada satu sama lain (lih. ay. 1Pet 3:8-9)
- 2. dengan kehidupan kita (lih. ay. 1Pet 3:13-14)
- 3. dengan kesaksian verbal kita (lih. ay. 1Pet 3:15)
□ "Kristus… sebagai Tuhan" Terjemahan King James menuliskan "Tuhan Allah," yang mencerminkan Yes 8:12-13, yang menggunakan kata "TUHAN semesta alam," sedangkan ayat 1Pet 3:14 adalah naskah Mesianik. Namun, naskah kuno Yunani kuno P72, א, A, B, dan C menuliskan "Kristus sebagai Tuhan," yang lebih cocok dengan konteks ini.
□ "di dalam hatimu" "Hati" adalah sebuah ungkapan PL yang merujuk pada manusia secara keseluruhan. Lihat Topik Khusus: Hati pada Mr 2:6.
□ "siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab" Ini adalah istilah Yunani apologia, yang merupakan kata majemuk apo (dari) dan logos (kata). Hal ini menunjuk pada pembelaan hukum dalam latar belakang ruang sidang (lih. Kis 19:33; 22:1; 25:16; 26:1,2,24). Naskah ini sering digunakan untuk mendorong orang percaya untuk menjadi saksi penginjilan, yang memang sangat dibutuhkan, tapi dalam konteks, ini mungkin menunjuk pada pengadilan atau interogasi resmi. Perhatikan bahwa adalah penting bagi semua orang percaya untuk memiliki presentasi yang logis, dan siap tentang iman mereka dalam Kristus, baik untuk pengadilan atau untuk tetangga. Setiap orang percaya harus siap menjadi saksi verbal!
□ "tentang pengharapan yang ada padamu" Pengharapan di sini adalah kata kolektif untuk Injil dan penyempurnaan di masa depan. Orang-orang percaya sekarang hidup dengan cara yang saleh karena kepercayaan mereka dalam janji-janji dan kembalinya Kristus.
□ "dengan lemah lembut dan hormat" Istilah yang pertama digunakan untuk istri di 1Pet 3:4, yang menggambarkan sikap yang menyenangkan Tuhan. Hal ini berlaku, tidak hanya dalam hubungan interpersonal rumah, tetapi juga hubungan orang percaya kepada orang lain, bahkan mereka yang menghasut penganiayaan (lih. 2Tim 2:25).
Istilah yang kedua sering digunakan dalam I Petrus dan juga mencerminkan suatu masa penganiayaan dan ancaman (lih. 1Pet 1:17; 2:17,18; 3:2,15). Kita harus menghormati Allah dan karenanya, menghormati bahkan tuan, suami, dan penganiaya yang tidak percaya, sementara kita menyaksikan kuasa dan kerajaan-Nya.
1Pet 3:16 Ada beberapa kebingungan atas di manadimulainya ay. 1Pet 3:16. NASB dan NKJV mulai di sini dan UBS4, NRSV, TEV, dan NJB memulainya dari frasa yang sebelumnya.
□ "dengan hati nurani yang murni" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Tidak ada suatu padan kata PL untuk kata Yunani "hati nurani" kecuali istilah Ibrani "payudara" yang menyiratkan pengetahuan tentang diri dan motif nya. Awalnya istilah Yunani ini merujuk pada kesadaran yang berkaitan dengan panca indera. Kata ini lalu digunakan untuk indera batin (lih. Rom 2:15). Paulus menggunakan istilah ini dua kali dalam pengadilannya di Kisah Para Rasul (lih. 23:1 dan 24:16). Kata ini menunjuk pada perasaannya bahwa ia tidak secara sengaja melanggar kewajibannya terhadap Allah (lih. 1Kor 4:4).
Nurani adalah pemahaman berkembang mengenai motif dan tindakan orang percaya berdasarkan
- 1. pandangan dunia Alkitab
- 2. Roh yang berdiam
- 3. pengetahuan tentang firman Allah
- 4. penerimaan pribadi akan Injil
Petrus telah menggunakan ekspresi ini tiga kali, 1Pet 2:19; 3:16,21. Ini adalah hal yang tidak bisa diberikan oleh legalisme keagamaan tetapi bisa diberikan oleh Injil.
□ "supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu" Lihat catatan pada 1Pet 2:12; 2:15.
1Pet 3:17 "jika hal itu dikehendaki Allah" Ini adalah sebuah KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang langka seperti dalam ay. 1Pet 3:14. Petrus telah secara konsisten menyatakan ketergantungan, dan bukan kepastian, dari penderitaan dan penganiayaan (lih. 1Pet 1:6; 2:15; 3:17; 4:14).
1Pet 3:18-22 Richard N. Longenecker, Eksegesis Alkitab Dalam Periode Apostolik, hal 69, 172, menegaskan bahwa ayat-ayat ini berasal dari sebuah himne pembaptisan. Grant Osborne, Spiral Hermeneutis, berpikir bahwa hanya ay. 1Pet 3:18 lah yang puitis (tidak satupun terjemahan yang digunakan dalam komentari ini mencetaknya sebagai puisi). Jika ini bersifat hymne atau puitis, maka hal ini tidak harus "didorong" untuk menjadi doktrin!
1Pet 3:18 "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita" Frasa ini digunakan dalam Septuaginta untuk "suatu korban penghapus dosa" (lih. Im 5:7; 6:30; Yes 53; 2Kor 5:21). Frasa ini berbicara tentang kematian perwakilan, penggantian dari Yesus, seperti halnya 1Pet 2:22-24.
Ada dua bagian dari frasa ini yang memiliki variasi bahasa Yunani.
- 1. "Kristus telah mati" (lih. NASB, TEV, NJB). Hal ini ditemukan dalam naskah kuno Yunani P72, א, A, B, dan C. Naskah berhuruf besar Yunani kuno lainnya menuliskan "menderita" (NKJV, NRSV, yaitu, MSS B, K dan P). "Menderita" paling cocok dengan konteks dan kosakata Petrus (ia menggunakan kata "menderita" sebelas kali), tetapi jika itu adalah asli mengapa setiap penulis telah merubahnya ke "mati"?
- 2. "Untuk dosa-dosa." Ada lebih dari tujuh variasi dari bagian ayat ini. Kebanyakan dari variasi tersebut memasukkan "bagi kita" atau "atas nama kita. " Masalahnya adalah bahwa kata depan Yunani peri yang digunakan dalam kaitannya dengan dosa dan bukannya huper lebih diharapkan untuk digunakan.
□ "sekali untuk segala" Ini adalah tema dari kitab Ibrani (lih. Rom 6:10; Ibr 7:17; 9:12,18,26,28; 10:10). Kristus adalah pengorbanan yang sempurna, efektif, sekali-diberikan untuk dosa!
□ "yang benar untuk orang-orang yang tidak benar" Ini mungkin sebuah rujukan terhadap Yes 53:11-12 dan bisa diterjemahkan "orang benar untuk tidak benar" (lih. NRSV). "Yang benar" mungkin merupakan gelar bagi Yesus dalam gereja mula-mula (lih. Kis 3:14; 7:52, 1Yoh 2:1,29; 3:7). Ini menekankan kehidupan-Nya yang tanpa dosa (lih. 1Pet 1:19; 2:22) yang dikorbankan atas nama orang yang penuh dosa (lih. 1Pet 2:24).
□ "supaya" Ini adalah klausa tujuan (hina).
□ "Ia membawa kita kepada Allah" Ini merujuk pada "akses" atau "pengantar" untuk Tuhan (lih. Rom 5:2; Ef 2:18; 3:12). Kematian Yesus mengembalikan hubungan dengan Allah yang telah hilang dalam Kejatuhan. Gambar Allah dalam manusia dipulihkan melalui Kristus. Orang-orang percaya memiliki kemungkinan keintiman dengan Tuhan sebagaimana dialami oleh Adam dan Hawa di Eden sebelum Kejatuhan dalam Kej 3.
□ "yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh" Ada kontras (paralelisme) antara tubuh fisik Yesus (lih. 1Pet 4:1) dan kehidupan rohani-Nya (lih. 1Pet 4:6; 1Kor 15:45). Kebenaran yang sama ini mungkin tercermin dalam kredo atau himne awal yang dicatat dalam 1Tim 3:16.
Kedua frasa tersebut adalah AORIST PASSIVE PARTICIPLE, yang menyiratkan suatu peristiwa historis (penyaliban dan kebangkitan, lih. Rom 1:3-4) yang dilakukan oleh pelaku dari luar (yaitu, Bapa atau Roh Kudus). Sulit dalam bagian ini untuk menentukan apakah "roh" harus ditulis dengan huruf besar (yaitu, Roh Kudus) atau tidak (yaitu, roh manusia Yesus). Saya lebih suka yang terakhir (seperti halnya A.T. Robertson), tapi F.F. Bruce lebih memilih yang terdahulu.
□ "memberitakan… kepada" Ini adalah istilah Yunani kērussō, yang berarti memproklamirkan atau mengumumkan. Pada bagian terkait, 1Pet 4:6, KATA KERJA nya adalah euangelizō, yang merujuk secara eksklusif pada memberitakan Injil. Tidaklah pasti apakah perbedaan harus ditarik dalam konteks ini di antara kedua istilah ini (lih. Mr 5:20; Luk 9:60, di mana kērussō digunakan untuk proklamasi Injil). Saya pikir keduanya adalah sinonim.
□ "roh-roh" Ada dua teori tentang ini: (1) orang mati (1Pet 4:6, Ibr 12:23.) atau (2) malaikat jahat (Kej 6; 2Pet 2:4-5; Yud 1:6; I Henokh). Manusia tidak dirujuk ke dalam PB sebagai "roh" tanpa kualifikasi lainnya (lih. F.F. Bruce, Jawaban atas Pertanyaan, hal 128).
Ada beberapa hal dalam naskah yang harus dihubungkan secara bersamaan dalam cara tertentu untuk menentukan apa yang dirujuk oleh Petrus:
- 1. Yesus ada "di dalam roh" (ay. 1Pet 3:18)
- 2. Yesus berkhotbah kepada roh-roh yang dipenjarakan (ay. 1Pet 3:19)
- 3. roh-roh ini tidak taat pada zaman Nuh (ay. 1Pet 3:20)
Ketika semua ini dibandingkan, maka sebuah pesan kepada para malaikat yang jatuh dari Kej 6 atau manusia yang tenggelam dari zaman Nuh sepertinya merupakan satu-satunya pilihan tekstual. Zaman Nuh juga disebutkan dalam 2Pet 2:4-5, bersama dengan Sodom dan Gomora (lih. 2Pet 2:6). Dalam Yudas malaikat pemberontak (lih. Yud 1:6) serta Sodom dan Gomora (lih. Yud 1:7) juga dihubungkan bersama-sama.
Tidak jelas dari konteks yang lebih besar mengapa Petrus bahkan menyebutkan hal ini kecuali dia menggunakan banjir sebagai analogi untuk baptisan (yaitu, diselamatkan melalui air, lih ay. 1Pet 3:20).
Dua poin utama pertentangan dalam menafsirkan bagian ini adalah (1) kapan dan (2) apa isi khotbah Kristus?
- 1. Kristus yang telah ada sebelumnya memberitakan melalui Nuh (lih. 1Pet 1:11 di mana Roh Kristus berkhotbah melalui para penulis PL) kepada orang-orang di zamannya, yang kini dipenjara (Agustinus)
- 2. Kristus, antara kematian dan kebangkitan, berkhotbah kepada orang-orang dari zaman Nuh yang dipenjarakan
- a. penghukuman atas mereka
- b. keselamatan kepada mereka (Klemens dari Aleksandria)
- c. hal yang baik untuk Nuh dan keluarganya (dalam surga) di depan mereka (dalam Tartarus)
- 3. Kristus, antara kematian dan kebangkitan, berkhotbah kepada
- a. para malaikat yang mengambil perempuan manusia dan memiliki anak oleh mereka (lih. Kej 6:1-2)
- b. keturunan setengah-malaikat, setengah manusia dari Kej 6:4 (lihat Topik Khusus pada Kej 6 online di www.freebiblecommentary.org). Isi pesannyaadalah penghakiman mereka dan kemenangan-Nya. I Henokh mengatakan makhluk setengah malaikatsetengah manusia yang tanpa tubuh ini adalah setan di PB.
- 4. Kristus sebagai Mesias yang menang naik melalui langit (yaitu, tingkatan malaikat dari Gnostik atau tujuh langit dari para rabi, lih. 1Pet 3:22; Ef 4:9). II Henokh 7:1-5 mengatakan bahwa para malaikat yang jatuh dipenjarakan di langit kedua. Dia, dengan tindakan ini, mengumumkan kemenanganNya atas alam malaikat (yaitu, semua oposisi rohani, lih. Komentari Alkitab Jerome,. P. 367). Saya paling menyukai pilihan ini dalam konteks ini.
1Pet 3:20 "ketika Allah tetap menanti dengan sabar" Ini adalah kata majemuk mēkos (jauh, berjarak) dan thumos (marah). Ini adalah sebuah IMPERFECT MIDDLE (deponent) INDICATIVE, yang menyiratkan Allah sendiri terus menunggu lagi dan lagi. Allah itu panjang sabar, lambat untuk membalas, mencintai kesabaran mencirikan hubungan-Nya dengan manusia pemberontak (lih. 1Pet 3:20; Kel 34:6; Neh 9:16-23; Mazm 103:8-14; Yoel 2:13 ; 2Pet 3:15; Mik 6:18-20; Rom 2:4; 9:22). Karakter saleh ini juga akan diwujudkan pada anak-anak-Nya (lih. 2Kor 6:6; Gal 5:22; Ef 4:2; Kol 1:11; 3:12; 1Tim 1:16; 2Tim 3:10; 4:2).
Dalam tulisan-tulisan Petrus Allah digambarkan sebagai sabar menunggu dan menahan penghakiman-Nya sehingga orang bisa diselamatkan.
- 1. Ia menunggu di masa Nuh, 1Pet 3:20
- 2. Dia menunda Kedatangan yang Kedua, 2Pet 3:9 Allah ingin semua orang untuk diselamatkan (lih. 2Pet 3:9,15)!
□ "yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat" ini tampaknya menunjuk pada malaikat di Kej 6 (lih. 2Pet 2:4-5; Yudas ay. 1Pet 3:6) atau manusia yang tidak percaya di masa Nuh.
□ "diselamatkan oleh air bah itu" Secara kontekstual sepertinya Petrus membawa catatan sejarah Nuh dan banjir sebagai cara untuk berbicara tentang "diselamatkan" (pembebasan fisik PL versus keselamatan rohani PB) melalui air (misalnya, banjir PL dari Kej 6; 7; 8; 9 versus baptisan Kristen). Jika I Henokh adalah latar belakangnya, maka Nuh dan keluarganya (yaitu, seluruh umat manusia) diselamatkan oleh air banjir dari ras campuran manusia dan malaikat yang jahat.
- NASB "Sehubungan dengan hal itu"
- NKJV "Juga… oleh kiasannya"
- NRSV "yang pola rancangan ini"
- TEV "yang merupakan simbol yang menunjuk kepada"
- NJB "sesuai dengan hal ini"
Ini adalah istilah Yunani antitupon, yang merupakan majemuk dari anti (yaitu, melawan atau berhubungan dengan) dan tupos (gambar atau copy). Ini adalah satu-satunya contoh dari KATA SIFAT nya dalam PB, tetapi KATA BENDA nya ada dalam Ibr 9:24. Frasa ini menunjukkan sifat tipologis, simbolik dari rujukan Petrus.
□ "baptisan" Baptisan adalah kesempatan dari gereja mula-mula untuk pernyataan (atau pengakuan) umum seseorang. Ini sejak dulu bukan meruakan mekanisme untuk keselamatan, tetapi kesempatan untuk meneguhkan iman secara verbal. Ingat gereja mula-mula tidak memiliki bangunan dan bertemu di rumah-rumah atau sering di tempat-tempat rahasia karena penganiayaan.
Banyak komentator menegaskan bahwa I Petrus adalah khotbah pembaptisan. Walaupun ini adalah mungkin, namun ini bukanlah satu-satunya pilihan. Memang benar bahwa Petrus sering menggunakan baptisan sebagai suatu tindakan penting dari iman (lih. Kis 2:38,41; 10:47). Namun demikian, hal itu bukanlah peristiwa sakramental, tapi suatu acara iman, melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan saat orang percaya mengidentifikasikan diri dengan pengalaman Kristus sendiri (lih. Rom 6:7-9; Kol 2:12). Tindakan ini simbolis, bukan sakramental, tindakan ini adalah kesempatan untuk pengakuan, bukan mekanisme keselamatan.
□ "diselamatkan" Istilah ini umumnya digunakan dalam PL untuk pembebasan fisik, tapi umumnya digunakan dalam PB untuk pembebasan spiritual. Dalam konteks penganiayaan ini, kata ini jelas memiliki kedua konotasi.
□ "melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah" Ini menunjukkan bahwa bukanlah ritual dari baptisan yang menyelamatkan, tapi sikap orang percaya terhadap Allah (lih. ay. 1Pet 3:16). Namun demikian, saya akan menambahkan bahwa baptisan bukanlah suatu pilihan tetapi (1) teladan yang diberikan oleh Yesus (lih. Mat 3:13-17, Mr 1:9-11, Luk 3:21-22; Yoh 1:31-34 dan (2) perintah dari Yesus (lih. Mat 28:19) untuk semua orang percaya. PB tidak tahu apa-apa tentang orang percaya yang tidak dibaptis. Dalam PB baptisan adalah hal yang tak bisa dipisahkan yang berhubungan dengan pengakuan iman seseorang.
Lihat catatan pada "hati nurani" di 1Pet 3:16.
□ "oleh kebangkitan Yesus Kristus"Ini menunjukkan bahwa inti dari keselamatan ada di dalam kebangkitan Yesus (lih. Rom 1:4-5), bukan di baptisan kita. Garis pemikiran ini jelas terlihat dalam Rom 6:3-4. Baptisan secara analogi, melalui penyelaman, melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan. Pada kenyataannya caranya tidak se signifikan hati dari si calon.
1Pet 3:22 "yang duduk di sebelah kanan" Ini adalah sebuah metafora antropomorfik tentang kewenangan, kekuasaan, dan kehormatan (lih. 1Yoh 2:1). Citra ini diambil dari Mazm 110:1.
Alkitab menggunakan bahasa manusia untuk menggambarkan orang-orang, tempat, dan peristiwa yang adi kodrati. Hal ini jelas bersifat analog, simbolik, dan metafora. Ini bisa mengkomunikasikan realitas, tapi dalam suatu batasan (batas-batas (1) persepsi manusia yang jatuh kita dan (2) fisik, keterikatan waktu, kekhususan budayanya). Hal ini cukup, tetapi bukan utama.
□ "segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya" Ini sepertinya merujuk pada peringkat malaikat (lih. Rom 8:38-39; 1Kor 15:24; Ef 1:20-21; 6:2; Kol 2:15; I Henokh). Ini menunjukkan kewenangan lengkap dan kekuasaan Kristus atas alam rohani.
Meskipun I Petrus tidak langsung menghadapi Gnostisisme, jelaslah melalui tulisan-tulisan PB lainnya (Kol, Ef, I Tim, Titus dan I Yohanes) bahwa konteks budaya dunia Yunani-Romawi abad pertama dipengaruhi oleh pemikiran filosofis / teologis ini. Dalam gnostisisme abad kedua (dan naskah Nag Hammadi) istilah Yunani pleroma (kepenuhan), yang sering digunakan oleh Paulus, menunjuk pada "kepenuhan Allah," tingkatan malaikat (yaitu aeon, mungkin tujuh langit Yahudi) di antara suatu tuhan yang tinggi dan baik dan dewa-dewa yang lebih rendah. Yesus adalah kunci ke surga, bukan kata kunci rahasia atau pengetahuan yang berkaitan dengan makhluk perantara malaikat/setan.
Bahkan jika aeon Gnostik bukan merupakan fokus dari perikop tersebut, sepertinya malaikat adalah fokusnya! Ini akan menyiratkan bahwa "roh dalam penjara" tersebut merujuk pada malaikat yang tidak taat yang mengambil perempuan manusia berikut keturunan yang dihasilkan (lih. Kej 6:1-4).
Topik Teologia: 1Ptr 3:14 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Keyakinan pada Allah
Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Keyakinan pada Allah
- Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
- Keyakinan pada Allah Melindungi Kita dari Ketakutan
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Orang Percaya Menganggap Penderitaan karena Berbuat Baik Sebagai Berkat
Topik Teologia: 1Ptr 3:15 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Kelemahlembutan
G...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Roh Kudus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Mereka Dapat Menghidupi Kehidupan Seutuhnya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mempertahankan Iman di Depan Orang Lain
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Orang Percaya Menganggap Penderitaan karena Berbuat Baik Sebagai Berkat
Topik Teologia: 1Ptr 3:16 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Mereka Dapat Menghidupi Kehidupan Seutuhnya
Kej 6:9 Kej 20:5-6 1Sa 25:30-31 1Ra 9:4 Ayu 27:6 Maz 24:3...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Mereka Dapat Menghidupi Kehidupan Seutuhnya
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Orang Percaya Menganggap Penderitaan karena Berbuat Baik Sebagai Berkat
Topik Teologia: 1Ptr 3:17 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kehendak Allah
Kehendak Allah di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kehendak Allah
- Kehendak Allah di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Orang-orang Percaya Harus Menderita Seturut Kehendak-Nya
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Orang Percaya Menganggap Penderitaan karena Berbuat Baik Sebagai Berkat
Topik Teologia: 1Ptr 3:18 - -- Allah yang Berpribadi
Allah Dapat Dihampiri
Kel 24:9-11 Ula 4:7 Maz 17:15 Maz 24:3-4 Maz 27:4 Maz 34:9 Maz 43:3 Maz 65:5 Maz 14...
- Allah yang Berpribadi
- Allah Dapat Dihampiri
- Kel 24:9-11 Ula 4:7 Maz 17:15 Maz 24:3-4 Maz 27:4 Maz 34:9 Maz 43:3 Maz 65:5 Maz 145:18-19 Yes 55:3 Yer 9:23-24 Yer 31:34 Mat 5:8 Mat 6:6 Yoh 17:3 Kis 14:27 Kis 17:24-27 Rom 5:1 Efe 2:13,17-18 Kol 1:21-22 Ibr 7:18-19,25 Ibr 11:6 Yak 4:8 1Pe 3:18 1Yo 3:2 Wah 22:17
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Yesus Kristus
- Roh Kudus
- Roh yang Memberi Hidup
- Sifat Ilahi Roh Kudus
- Roh di dalam Kebangkitan Yesus
- Menyatukan Seluruh Orang Percaya dengan Tubuh Kristus
- Dosa
- Keselamatan
- Roh Kudus dan Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Orang-orang Percaya Dibenarkan oleh Kebangkitan Yesus
Topik Teologia: 1Ptr 3:19 - -- Yesus Kristus
Kristus dalam Perjanjian Lama
Kristus dalam Paralel
Peristiwa yang Diparalelkan dengan Kristus
Air Bah
...
- Yesus Kristus
- Kristus dalam Perjanjian Lama
- Kristus dalam Paralel
- Peristiwa yang Diparalelkan dengan Kristus
- Air Bah
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Jahat
- Penghukuman Akan Datang untuk Para Malaikat Jahat
- Beberapa Malaikat Jahat Dibatasi
Topik Teologia: 1Ptr 3:20 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Panjang Sabar
Kel 34:6-7 Bil 14:18 Neh 9:17 Maz 78:38 Maz 103:8,10 Yes 7:...
- Allah yang Berpribadi
- Yesus Kristus
- Kristus dalam Perjanjian Lama
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Jahat
- Penghukuman Akan Datang untuk Para Malaikat Jahat
- Beberapa Malaikat Jahat Dibatasi
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia sebagai Suatu Kesatuan Hidup
- Keutuhan Manusia Direpresentasikan oleh Jiwa
- Kej 2:7 Kej 12:5 Kej 17:14 Ima 11:43-44 Bil 30:3-13 Ula 10:22 Ula 24:7 Hak 5:21 Hak 16:30 1Sa 18:1,3 1Ra 20:32 Ayu 16:4 Ayu 30:25 Maz 35:12-13 Maz 43:5 Maz 49:19 Maz 63:2 Maz 69:19 Maz 84:2 Maz 103:1-2,22 Maz 116:7 Maz 146:1-2 Ams 18:7 Ams 23:14 Yes 55:3 Yes 61:10 Yer 37:9 Yer 38:17,20 Rat 3:25 Mar 8:35 Luk 9:25 Yoh 12:25 Kis 2:43 Kis 7:14 Kis 27:37 Rom 2:9 Rom 11:3 Rom 13:1 2Ko 12:15 1Pe 3:20
Topik Teologia: 1Ptr 3:21 - -- Yesus Kristus
Kristus dalam Perjanjian Lama
Yesus Lebih Unggul dari Manusia dan Malaikat
Yoh 1:17 Efe 1:19-23 Fili 2:9-10 K...
- Yesus Kristus
- Kristus dalam Perjanjian Lama
- Yesus Lebih Unggul dari Manusia dan Malaikat
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Gereja
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Natur dari Para Malaikat Baik
- Status Para Malaikat Baik
- Para Malaikat dan Kristus
- Para Malaikat Takluk kepada Kristus
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Makna Kebangkitan Kristus
- Orang-orang Percaya Dibenarkan oleh Kebangkitan Yesus
- Gereja
- Sakramen / Ketetapan Gereja
- Ketetapan Baptisan
- Natur Baptisan
- Baptisan Menandakan Orang Percaya dengan Kristus
Topik Teologia: 1Ptr 3:22 - -- Yesus Kristus
Air Bah
1Pe 3:18-22
Penggenapan
Kis 2:32 Kis 5:31 Kis 7:55-56 Efe 1:20 Fili 2:9-...
- Yesus Kristus
- Air Bah
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Makhluk-makhluk Supranatural yang Lain
TFTWMS -> 1Ptr 3:13-17; 1Ptr 3:18-22
TFTWMS: 1Ptr 3:13-17 - Kuduskanlah Kristus Dalam Hatimu KUDUSKANLAH KRISTUS DALAM HATIMU (1 Petrus 3:13-17)
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi se...
KUDUSKANLAH KRISTUS DALAM HATIMU (1 Petrus 3:13-17)
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.
Yang tersirat dalam 3:9 adalah bahwa para pembaca Petrus menderita penghinaan dan kejahatan. Ia telah mengutip Mazmur 34 untuk mendesak mereka hidup saleh di hadapan kejahatan yang mereka sedang tanggung, tetapi mazmur itu melontarkan pertanyaannya tersendiri. Hal itu mengundang para pembaca Petrus untuk bertanya, "Jika Allah di pihak kita, mengapakah kita menderita seperti ini? Bagaimana bisa Anda mengharapkan kami untuk memberkati orang-orang yang membuat hidup kami sengsara?" Rasul itu selanjutnya mengalihkan perhatian kepada pertanyaan-pertanyaan ini.
Ayat 13. Untuk kedua kalinya (lihat 1:6-9), Petrus secara eksplisit membahas penderitaan para pembacanya. Bagian (3:13-17) dimulai dengan pertanyaan retoris; jawabannya tersirat. Tentu saja tidak ada orang, akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Namun demikian, ada tekanan tertentu antara gagasan ini dan pernyataan yang mengikuti. "Nyala api siksaan" yang mereka alami (4:12) dan penzaliman yang mereka terima "untuk nama Kristus" (4:14) adalah, harus diduga, tanpa alasan. Petrus akan menangani masalah itu nanti, tapi untuk saat ini, ia ingin membahas beberapa prinsip yang akan memandu para pembacanya untuk hidup saleh, jujur. Ia akan menghibur dan meyakinkan mereka nanti, tapi untuk saat ini kepedulian Petrus adalah membentengi mereka untuk berperilaku saleh di hadapan penindasan.
Di bawah keadaan normal kekuatan dunia yang berkuasa tidak menindas orang karena ia mengatakan kebenaran, menolak ketidakjujuran, membesarkan keluarga secara bertanggung jawab, dan semua lainnya yang terlibat dalam "rajin berbuat baik." Kata-kata itu mengingatkan kita kepada Yesaya 50:9: "Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?" Petrus sudah mengatakan sebanyak ia mengingatkan para pembacanya bahwa wali-wali pemerintah diutus "untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik"(2:14). Namun begitu, prinsip yang rasul itu ingin tegakkan lebih banyak tentang orang Kristen harus jangan pernah memprovokasi timbulnya perlakuan jahat dibandingklan dengan orang Kristen tidak akan pernah menderita secara tidak adil. "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau," katanya belakangan (4:15). "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi," katanya sebelumnya (2:12). Kejahatan yang orang Kristen tanggung harus jangan pernah menjadi kesempatan bagi mereka untuk menyerang karena frustrasi, membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9).
Ayat 14. Pertanyaan yang Petrus masukkan di dalam ayat sebelumnya, dengan implikasi bahwa orang Kristen tidak akan pernah jatuh dalam bahaya karena melakukan apa yang baik, jelas merupakan pernyataan yang berlebihan. Rasul Petrus menarik mundur apa yang baru saja ia katakan, tapi ia tidak meninggalkan harapan bagi perilaku yang benar. Ia memulai dengan perangkat tata bahasa yang langka dalam Perjanjian Baru. Kata-kata tetapi sekalipun kamu harus menderita menggunakan modus optative. Itu adalah perangkat yang tersedia bagi seorang penulis Yunani ketika ia ingin menyarankan sesuatu yang kemungkinan terjadinya sangat kecil sekali. J. N. D. Kelly menerjemahkannya, "Namun demikian, jika pengabdianmu kepada kebaikan harus menyulitkanmu.…"11Tampaknya "pengabdian kepada kebaikan" telah menyulitkan beberapa pembaca Petrus. Kebodohan, takhayul, iri hati, atau tekanan politik kadang-kadang menimbulkan penderitaan orang yang tidak bersalah. Meski sifat-sifat itu tidak ada habisnya di dunia ini, namun perilaku benar adalah sekutu orang Kristen ketika ia menghadapi sifat-sifat itu.
Kebenaran adalah kepedulian utama Petrus. "Jika penderitaan harus terjadi," Petrus menegaskan, "biarlah itu disebabkan oleh perbuatan yang benar dan bukan untuk alasan lain. Semoga itu tidak pernah terjadi karena melakukan kejahatan." Seperti yang telah kita lihat (2:24), "kebenaran" dalam 1 Petrus berarti "perilaku yang jujur secara moral, saleh." Itu bukan kebenaran yang diperhitungkan kepada seseorang dalam pengertian Paulus (misalnya, Roma 4:3-5). Dinyatakan secara negatif, "kebenaran" berarti "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa" (2:11). Ketika penderitaan datang "demi kebenaran," Petrus meyakinkan para pembacanya, berbahagialah kamu. Berkat itu berupa rasa malu yang dirasakan orang-orang yang menindas mereka(1 Petrus 3:16).
Kata Yunani (maka¿rioß, makarios) yang berada di belakang kata "berbahagia" tidak sama dengan yang digunakan dalam 3:9. Di sana acuannya adalah kepada sebuah kata berkat yang diucapkan; di sini kata itu mengacu kepada keadaan berbahagia yang ditemukan sendiri oleh orang percaya. Itu adalah kata Ucapan Bahagia, yang kedelapan darinya mengatakan, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5:10). Terdiri dari apa sajakah keberbahagiaan orang percaya itu? (1) Itu adalah keberbahagiaan yang berasal dari kemampuan berbagi dengan Tuhan dalam penderitaan yang menghasilkan penebusan manusia (4:13). Dalam kata-kata Paulus yang luar biasa, "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita … menggenapkan … apa yang kurang pada penderitaan Kristus"(Kolose 1:24). (2) Itu adalah keberbahagiaan yang berasal dari kepastian bahwa Allah berkenan kepada orang-orang yang percaya dan taat (1:22, 23). (3) Itu adalah keberbahagiaan yang menemukan harapan dalam janji bahwa "tujuan imanmu … [adalah] keselamatan jiwamu" (1:9).
Ungkapan terakhir, jangan takut terhadap intimidasi mereka (NASB) adalah sulit. Bahasa Yunaninya, yang diterjemahkan lebih harfiah, terbaca, "Jangan takuti ketakutan mereka." Alkitab NRSV dan NIV menulis "Jangan takut terhadap apa yang mereka takuti," suatu gagasan yang sangat berbeda dibandingkan dengan terjemahan NASB. Petrus tampaknya mengadaptasi kata-kata terakhir Yesaya 8:12. Yesaya tidak ingin Israel takut terhadap apa yang ditakuti oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka, sehingga itu mendukung terjemahan NRSV dan NIV. Namun begitu, nasihat untuk jangan takut terhadap takhayul dan dewa-dewa yang ditakuti oleh orang-orang tidak percaya agak janggal dengan alur pikiran Petrus. Ada cara lain untuk menerjemahkan ayat itu yang sama harfiahnya: "Jangan takut terhadap ketakutan mereka," yang merupakan cara lain untuk mengatakan, 'Jangan takut terhadap mere-ka." Itu adalah penafsiran yang berada di belakang terjemahan NASB. Konteksnya membuat kata-kata NASB lebih disukai. Keberbahagiaan yang orang Kristen nikmati memberikan jaminan dan perdamaian sehingga mereka tidak menderita ketika intimi-dasi datang.
Ayat 15. Menjadi orang Kristen artinya sebelum orang bertanya, "Apa yang Alkitab ajarkan?" ia harus bertanya, "Apakah yang Yesus ajarkan?" Sebelum orang bertanya, "Apakah yang Yesus ajarkan?" ia harus bertanya, "Siapakah Yesus itu dahulu?" Sebelum orang bertanya, "Siapakah Yesus itu dahulu?" ia harus bertanya, "Siapakah Yesus itu sekarang?" Petrus sudah menanya dan menjawab pertanyaan terakhir itu ketika ia berkata kuduskanlah Kristus sebagai Tuhan dalam hatimu. Iman Kristen dibangun di atas pribadi Yesus dari Nazaret. Bagi Petrus, Yesus dari Nazaret dan Kristus Tuhan adalah sama. Ia adalah guru sejarah yang disalibkan Pontius Pilatus, dan Ia adalah Tuhan yang memerintah di sebelah kanan Allah. Tidak seperti Abraham (Roma 4:1-5), Yesus bukan hanya merupakan teladan iman; Ia adalah obyek iman. Ia adalah Tuhan, Kristus, dan Allah. "Menguduskan Kristus sebagai Tuhan" adalah menempatkan Dia sakral dalam batin seseorang; itu untuk memberi Dia ketaatan kasih. Perilaku saleh masih yang terutama dalam pikiran Petrus. Bahkan menderita, ketika itu "demi kebe-naran," tidak membangkitkan rasa takut terhadap orang-orang yang mengintimida-si; sebaliknya, itu menimbulkan pembaruan komitmen untuk "Kristus sebagai Tuhan."
Respon terhadap penderitaan datang pada dua tingkat. Pertama, penderita harus memutuskan akan seperti apakah responnya kepada Kristus. Petrus mengatakan penderita harus "menguduskan Kristus." Penderita melakukan itu ketika ia memperbarui tekadnya untuk hidup dengan benar. Kedua, penderita harus memutuskan akan seperti apakah responnya terhadap penindasnya. Secara negatif ia harus jangan membalas "kejahatan dengan kejahatan atau cacian dengan cacian" (3:9), ia juga harus jangan takut, tapi ada juga respon positif. Ia harus siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab. Implikasinya adalah bahwa ketika para penindas mengamati tekad dan sukacita orang Kristen ketika mereka menderita tanpa melakukan kesalahan, hal itu akan meningkatkan minat mereka. Mereka kemungkinan menanya orang Kristen tentang Tuhan yang ia layani, persekutuan yang ia bagi, dan harapan yang ia tertarik.
Orang percaya harus bersiap memberikan pembelaan kepada siapa saja yang meminta dia pertanggungan jawab … tentang pengharapan yang ia miliki, yaitu, ia harus siap menjelaskan apa yang ia percayai, mengapa ia percaya, dan mengapa ia hidup seperti yang ia jalani. "Pembelaan" yang dipermasalahkan ini bukan di pengadilan hukum resmi; melainkan "kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab." Petrus menggunakan kata "pembelaan" (aÓpologi÷a, apologia) dalam pengertian informal yang sama yang kadang-kadang Paulus gunakan, misalnya, "Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku" (1Korintus 9:3). Meski kata itu bisa mengacu kepada pengadilan di gedung pengadilan, "pembelaan" dalam hal ini hanya berarti penjelasan. "Pertanggungan jawab" adalah terjemahan dari satu kata Yunani kata lo/goß (logos), kata yang menyiratkan rasionalitas. Petrus berasumsi bahwa penjelasan yang rasional atas "harapan" orang Kristen akan meyakinkan beberapa orang dan membungkam yang lainnya. Orang diingatkan bahwa susu murni yang orang Kristen rindukan adalah susu yang masuk akal atau rasional (2:2).
Rasul Petrus tidak hanya membahas soal pembelaan Kristen, tetapi juga caranya. Ketika mereka yang menuduh dan menindas dia bertanya, orang Kristen harus menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat . Kata yang diterjemahkan "hormat" adalah fo/boß (phobos), sering diterjemahkan "takut." Alkitab NIV menulis "lemah lembut dan hormat." Demikian pula, Paulus mendesak orang percaya untuk mengatakan "kebenaran di dalam kasih" (Efesus 4:15). Yang menjadi perhatian Paulus adalah pendekatan yang diambil oleh orang-orang percaya terhadap orang-orang yang dalam bahaya terbawa "oleh rupa-rupa angin pengajaran" (Efesus 4:14), dan yang Petrus perhatikan adalah orang-orang percaya menyapa dengan sopan orang-orang non-percaya dan menyapa Allah dengan hormat. Kedua rasul itu mendesak pengendalian diri, kesopanan, dan niat baik ketika mendekati orang-orang yang memiliki pandangan sebaliknya. Mengatakan kebenaran atau bahkan melakukan pembelaan tidaklah cukup. Cara bicara sering sama pentingnya dengan masalahnya.
Ayat 16. Tanda baca dari Alkitab NASB membolehkan "dengan lemah lembut dan hormat" menjadi frasa adverbial yang memodifikasi "melakukan pembelaan," yaitu, orang harus menjelaskan imannya dengan cara yang lembut dan hormat. Alkitab NASB, NRSV, NIV, REB, dan terjemahan-terjemahan lainnya melakukan hal yang sama. Namun begitu, kalimat itu bisa ditafsirkan secara berbeda. Mungkin Petrus sedang menjelaskan kepada para pembacanya bahwa melakukan "pembelaan" terhadap "harapan" yang mereka miliki mensyaratkan sikap lembut dan hormat terhadap Kristus. Itu bisa saja, tetapi hampir tidak mungkin. Rasul Petrus selama ini mendorong para pembacanya untuk berperilaku saleh terhadap para penindas mereka. Daripada membalas kejahatan dengan kejahatan, mereka harus membalas dengan berkat (3:9). Lebih baik memahami kalimat itu sebagai perluasan nasihat Petrus untuk membalas penghinaan dengan berkat, yaitu, para pembacanya harus menjelaskan "harapan" yang mereka miliki dengan cara yang lembut dan hormat yang diharapkan dari mereka yang tidak memiliki niat jahat terhadap para penyiksa mereka.
Petrus menggunakan kata hati nurani (sunei÷dhsiß, suneidēsis) tiga kali (2:19; 3:16, 21). Kata itu adalah kata umum dalam surat-surat Paulus.12Individualisme ekstrim dalam budaya Barat telah menyebabkan "hati nurani" dipahami dalam ungkapan yang sepenuhnya bersifat pribadi.
Suara batin mengecam atau menyetujui tindakan seseorang. Konsep Yunani yang sesuai dengan penggunaan populer Barat sebagai "hati nurani" adalah kesadaran pribadi. Perbedaannya adalah bahwa orang-orang kuno memahami itu sebagai kesadaran pribadi dalam hubungannya dengan orang lain. Itu merupakan persepsi tentang bagaimana orang lain menyetujui atau menolak dia. Memiliki "hati nurani" yang baik adalah memperlakukan diri sendiri sedemikian rupa sehingga ia mengharapkan Allah dan orang-orang sezamannya memberi dia penilaian yang menguntungkan dirinya.
Dimensi moral "hati nurani" dibentuk dan terwujud dalam masyarakat bersama Allah dan sesama. Konsep "hati nurani" sebagai kesadaran moral yang memunculkan ex nihilo ("dari ketiadaan") dalam individu adalah konsep yang asing bagi Petrus. Rasul itu tidak sedang begitu menekankan bahwa orang percaya harus memiliki "hati nurani yang baik" untuk mempermalukan para penuduhnya ketika ia menegaskan bahwa "hati nurani yang baik" membuat para penindas itu malu.13
"Hati nurani yang baik" yang orang percaya miliki mendukung dia dan memberi dia keberanian ketika ia dipanggil untuk "melakukan pembelaan." Ia tahu bahwa tuduhan jahat terhadap dirinya tidak lebih daripada fitnah. Ada beberapa kesamaan kata dengan 1 Petrus 2:12. Rasul itu tidak memberi kita petunjuk tentang sifat fitnah orang non-Yahudi yang ditujukan kepada umat Kristen, tetapi tidak sulit untuk ditebak. Seraya abad-abad berlalu, tubuh dan darah Kristus yang terkait dengan Perjamuan Tuhan menyebabkan tuduhan kanibalisme. Orang Kristen dituduh memiliki pesta pora seksual selama perhimpunan mereka. Secara kurang membahayakan, mereka dituduh ateis karena mereka tidak menyembah dewa-dewa yang orang lain sembah. Mereka dituduh membenci umat manusia karena mereka menolak berpartisipasi dalam pelbagai perayaan umum di mana ibadah dan pengorbanan dipersembahkan kepada dewa-dewa itu. Acuan Petrus kepada penghinaan dan fitnah menunjukkan bahwa sifat pencobaan para pembacanya adalah lisan, yaitu, mereka tidak secara otomatis dipenjara dan dibunuh, setidaknya tidak pada saat ini.
Harapannya adalah bahwa "perilaku yang baik" yang orang-orang Kristen miliki akan terlihat dengan sendirinya sehingga fitnah itu tidak akan punya kredibilitas. Ketika mereka memiliki "hati nurani yang baik," hasilnya akan berupa bahwa mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu. Seperti halnya "hati nurani" konsep "malu" mengandung dimensi sosial yang lebih kuat bagi orang-orang kuno dari dunia Yunani-Romawi daripada yang konsep itu timbulkan dalam masyarakat Barat moderen. "Malu" bukanlah ciri batin berupa penyesalan dan menuduh diri sendiri. Sebaliknya, itu adalah sikap yang dihasilkan dari melakukan hal-hal yang biasanya dibenci oleh orang sezamannya. Bebas dari "malu" adalah sama dengan memiliki "hati nurani yang baik." Dalam kasus seperti itu, orang menatap mata sesamanya dengan tidak meminta maaf atas tindakannya. Semakin banyak orang non-percaya mengamati orang Kristen yang "hidup saleh dalam Kristus" semakin besar kesadaran mereka bahwa tindakan mereka sendiri, sebagaimana dinilai oleh orang-orang sezaman mereka, adalah memalukan. Ini adalah cara orang-orang percaya membungkam musuh-musuh mereka. Membalas dengan hinaan kepada orang-orang yang memfitnah nama baik mereka adalah membuat tidak pantas teladan yang Yesus telah tinggalkan (2:23).
Ayat 17. Petrus tidak akan meninggalkan perilaku jujur, cara hidup yang tidak tahu malu, yang ia harapkan untuk ditampilkan oleh para pembacanya. Memang selalu sulit bagi agama baru untuk mendapatkan pemeriksaan yang berimbang. Para penganut agama baru selalu disalahkan untuk hal-hal lain apa saja yang tidak beres dalam sebuah komunitas. Umat Kristen tidak berbeda. Petrus berharap bahwa mereka tidak akan pernah memberi kesempatan kepada masyarakat yang tidak percaya itu untuk menganiaya mereka atas kesalahan yang benar-benar mereka lakukan. Ia mengatakan bahwa, jika hal itu dikehendaki Allah, penderitaan mungkin datang; tapi ia tidak ingin fitnah itu pernah sedikit pun memiliki kebenaran di dalamnya. Best berkomentar, "Para penganiaya sering marah terhadap orang-orang yang mereka aniaya dan tidak dimenangkan oleh perilaku mereka yang baik."14Bahkan dengan itu yang terjadi, Petrus mendesak, biarkan "hati nurani yang baik" yang kamu miliki bersaksi bahwa [kamu] menderita karena berbuat baik … dari pada menderita karena berbuat jahat.
Ketika ayat itu menyeru orang percaya untuk "menderita karena melakukan apa yang benar daripada karena melakukan apa yang salah," setidaknya ada dua arti yang memungkinkan. Pengertiannya mungkin bahwa ketika orang Kristen membalas dendam, bahkan ketika pelanggaran itu nyata, hal itu memberi kesempatan kepada orang-orang yang tidak percaya untuk lebih melakukan penganiayaan (lihat 2:20; 3:9). Membalas kejahatan dengan kejahatan hanya membesarkan kesalahan. Karena benar begitu, lebih baik menanggung kesalahan, jika memang perlu, tanpa balas dendam. Rasul itu bisa juga mengungkapkannya dengan kata-kata lain apa yang telah dikatakan dalam 2:12: "Jagalah perilakumu yang sangat baik di antara bangsa-bangsa non-Yahudi"
Kemungkinan lain adalah bahwa Petrus sedang memperingatkan para pembacanya bahwa lebih baik menderita di dunia ini karena melakukan hal yang benar daripada menderita di dunia yang akan datang karena melakukan hal yang salah. Penafsiran yang belakangan menarik karena kedatangan Tuhan tidak pernah jauh dari pikiran Petrus saat ia menulis surat ini.15Sulit untuk memilih di antara mereka, tetapi penafsiran sebelumnya adalah lebih mungkin. Rasul itu ingin sekali para pembacanya menampilkan cara hidup yang tidak bisa dikecam dan juga mereka memberikan teladan yang saleh di hadapan bangsa-bangsa non-Yahudi.
Orang Kristen harus menjaga keseimbangan antara tampilan agamis untuk tujuan menerima pujian dari manusia (lihat Matius 6:1) dan kekhawatiran yang sah bahwa perilakunya harus terhormat di hadapan semua orang. Tidak salah bagi orang percaya untuk peduli terhadap reputasinya. Seperti yang dikatakan oleh orang bijak Yahudi, "Jagalah namamu, nama itu akan tetap hidup lebih lama daripada ribuan timbunan emas."16
TFTWMS: 1Ptr 3:18-22 - Kematian Kristus Untuk Dosa Kita KEMATIAN KRISTUS UNTUK DOSA KITA (1 Petrus 3:18-22)
18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa, yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia ...
KEMATIAN KRISTUS UNTUK DOSA KITA (1 Petrus 3:18-22)
18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa, yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah, setelah dibunuh sebagai manusia, tetapi telah dibangkitkan menurut roh, 19 dan di dalam roh itu juga Ia pergi dan membuat pernyataan kepada roh-roh yang sekarang di dalam penjara, 20 yang dulunya tidak taat, ketika Allah menanti dengan sabar di zaman Nuh, selama pembuatan bahtera, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan melalui air bah itu. 21 Melambangkan itu, baptisan sekarang menyelamatkanmu—bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah—oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada Dia (NASB).
Dengan pernyataan langsung tentang penderitaan Yesus sebagai pengganti dosa umat manusia yang mungkar, Petrus memperkenalkan salah satu nas yang paling sulit dalam Perjanjian Baru. Namun begitu, kita harus memahami poin-poin yang lebih baik yang ia kemukakan, dampak keseluruhan kata-katanya adalah jelas. Orang percaya diselamatkan dari dosa ketika mereka dibaptis. Sebagai orang yang diselamatkan, mereka berbagi pelbagai berkat milik Pribadi yang memerintah di sebelah kanan Allah. Kristus yang sama yang mati di kayu salib untuk menyelamatkan umat-Nya sekarang memerintah atas segala kuasa sorgawi dan duniawi. Oleh karena ini, mereka yang menderita untuk sesaat dapat bersukacita.
Ayat 18. Petrus seolah-olah tidak bisa memikirkan penderitaan tanpa memikirkan penderitaan Kristus, dan ia tidak bisa memikirkan penderitaan Kristus tanpa mengingat bahwa Ia juga mati untuk segala dosa. Penderitaan para budak di 2:19, 20 telah menuntun kepada urutan pemikiran yang sama. Ada pengertian yang di dalamnya semua kehidupan Yesus ditandai oleh penderitaan, tetapi yang membuat Petrus tertarik adalah penderitaan-Nya bagi dosa manusia. Bahwa Yesus mati sebagai pengganti dosa-dosa umat manusia memiliki akarnya di dalam Perjanjian Baru. Paulus mengungkapkannya dengan penuh perasaan: "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Korintus 5:21).
Dalam 2:21-25, Petrus berfokus pada teladan Kristus, tapi dalam ayat ini teladan-Nya itu bukan isu utama. Petrus tidak mengharapkan murid-murid Yesus meneladani Tuhan dengan mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar. Penderitaan apapun yang diminta dari murid-murid Yesus, mereka tidak akan menanggung dosa seperti Yesus menanggung dosa mereka (2:24), mereka juga tidak akan dibangkitkan menurut roh. Tujuan Petrus dalam ayat ini adalah lebih untuk mengajar mereka bahwa Yesus mati untuk membawa kita kepada Allah daripada keinginannya untuk mengingatkan para pembacanya bahwa Yesus telah menunjukkan kepada mereka cara untuk menderita. Bahwa Yesus telah mati sekali adalah tema yang sering muncul bagi penulis kitab Ibrani (Ibrani 7:27; 9:12, 26, 28; 10:10, 14).
Ada keunikan dan kepastian dalam kematian Kristus untuk dosa. Itu adalah implikasi dari "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa." Rekonsiliasi antara orang berdosa dengan Allah tidak butuh penderitaan tambahan untuk dosa manusia. Salib itu sepenuhnya memadai.17Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Kristus tidak mempersembahkan korban tahun demi tahun, seperti yang dilakukan oleh imamat Harun; sebaliknya Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri "hanya satu kali saja … untuk menanggung dosa banyak orang" (Ibrani 9:24-28). Dalam kitab Ibrani, Yesus adalah imam dan korban. Dalam 1 Petrus, Ia pada dasarnya adalah korban, persembahan yang tak bersalah, "yang benar untuk yang tidak benar." Pembaca asli Petrus dan semua pembaca berikutnya jatuh di bawah judul " Yang tidak benar" Paulus dan Petrus membuat penegasan yang sama: "Semua orang telah berbuat dosa" (Roma 3:23.). Kristus sanggup "membawa kita kepada Allah" karena Ia menderita tanpa kesalahan. Petrus telah membahas hal ini dalam 2:24, 25, tapi di sini rasul itu melangkah lebih jauh. Penderitaan dan kematian Kristus di kayu salib bukan akhir cerita. Salib itu bukan kekalahan. Sesungguhnya, meski Ia telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Allah mengubah salib menjadi kemenangan. Ia "dibangkitkan menurut roh." Pernyataan kedua tidak persis seperti yang kita harapkan untuk Petrus katakan. Yesus tidak hanya "telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia," tetapi Ia juga dibangkitkan sebagai manusia. Tuhan membuat jelas hal itu ketika Ia mengundang Tomas untuk mencucukkan jarinya ke dalam bekas luka paku (Yohanes 20:25, 27). Petrus tidak membuat pernyataan tentang kebangkitan Yesus sebagai manusia. Maksudnya adalah berbeda. Yesus mati "sebagai manusia" di tangan orang-orang yang menyalibkan Dia. Ia dibangkitkan "menurut roh."
Dengan kata-kata ini Petrus beralih ke salah satu nas yang paling sulit dalam Perjanjian Baru, pastinya yang paling sulit dalam surat ini. Pada tahun 1930, J. A. Macculloch mengeksplorasi nas ini dan yang lainnya karena mereka berkaitan dengan tradisi yang terus-menerus dalam gereja mula-mula bahwa Yesus pergi ke dunia orang mati setelah penyaliban-Nya.18Semenjak publikasi karya Macculloch itu, para sarjana telah mencurahkan energi yang cukup besar untuk nas ini. Beberapa penjelasan telah dikemukakan untuk kata-kata Petrus itu. Pelbagai isu yang terlibat memang sangat rumit. Akan sulit untuk memilah-milah mereka. Pada titik ini sangat baik untuk memperhatikan bahwa Alkitab NASB dan TB, yang dikutip di atas, tidak memberi huruf besar pada kata "roh." Para penerjemah secara konsisten memberi huruf besar pada kata itu ketika mereka menilai kata itu sebagai acuan kepada Roh Kudus. Berbeda dengan Alkitab NASB, Alkitab NIV memberi huruf besar pada kata "Roh." Para penerjemah Alkitab NIV percaya Petrus mengacukan Roh Kudus. Dalam bahasa Yunani "roh" tidak akan diberi huruf besar dalam kedua kasus itu. Hanya konteksnya yang dapat menentukan apakah itu mengacu kepada Roh Kudus atau roh dalam arti lain. Baik Alkitab NASB dan maupun Alkitab NIV menawarkan penafsiran ketika mereka memilih "roh" atau "Roh." Ayat 19. Ayat ini segera menimbulkan pertanyaan. Anteseden kata ganti yang relatif dalam kalimat yang adalah kurang jelas. Kata yang terdekat dengan kata ganti dalam ayat sebelumnya adalah "roh," yang Alkitab NIV artikan sebagai Roh Kudus. Maka, tidak mengejutkan ketika Alkitab NIV menawarkan "melalui siapa" bukan "yang mana." Dengan mengikuti Alkitab NIV orang akan mengerti bahwa Yesus pergi dan membuat pernyataan melalui Roh Kudus, yaitu, Ia pergi dengan sarana kuasa yang disediakan oleh Roh Kudus. Apakah terjemahan Alkitab NIV bisa dibenarkan? Menerjemahkan preposisi Yunani ejn (en) sebagai "melalui" adalah sebuah kemungkinan, dan tata bahasa ayat itu membolehkan kata ganti Yunani itu mengacu kepada "roh" dalam ayat sebelumnya. Karena benar begitu, maka terjemahan "melalui siapa" dapat diterima, bahkan lebih disukai. Pertanyaannya adalah apakah itu atau bukan yang Petrus ingin komunikasikan. Alkitab NIV telah menawarkan penafsiran yang memungkinkan bagi pembaca bahasa Inggris, tapi ada keraguan apakah terjemahan itu telah menafsirkan ayat itu dengan benar.
Kata ganti "yang" atau "siapa" bisa mengacu kepada Roh Kudus, tetapi tidak harus. Meski pelbagai terjemahan, terutama yang lebih baru, belum tentu mencerminkan hal itu, ungkapan Yunani "yang mana" (e˙n w, en hoi) muncul empat kali dalam 1 Petrus (1:6; 2:12; 3:16; 4: 4). Alkitab NASB menerjemahkan itu secara konsisten sebagai "yang mana" atau "dalam hal ini." Dalam pelbagai kemunculan kalimat itu, kata gantinya tampaknya mengacu kepada pemikiran sebelumnya yang disediakan oleh konteksnya. Jadi dalam 1:6 ketika Petrus menulis, "Bergembiralah akan hal itu," kata ganti "itu" mengacu kepada bersukacita dalam segala situasi yang digambarkan dalam 1:4, 5, bukan kepada hal khusus tertentu. Demikian pula, dalam ayat di depan kita, "yang mana" bisa mengacu kepada, bukan kepada "roh," tetapi kepada gambaran sebelumnya tentang Kristus, yang telah mati dan telah dibangkitkan. Mungkin Petrus sedang mengatakan bahwa dalam jalannya peristiwa yang menyertai kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus "pergi dan membuat pernyataan." Lalu, inilah pilihannya: (1) Petrus mungkin sedang mengatakan bahwa dengan perantaraan Roh Kudus Yesus pergi, atau (2) secara rohani tertentu Ia pergi, atau (3) dalam perjalanan pelbagai peristiwa yang dikurung oleh kematian dan kebangkitan-Nya Ia pergi. Dalam pilihan pertama dan kedua anteseden kata gantinya dipahami sebagai "roh." Dalam contoh pertama itu adalah Roh Kudus (begitulah dengan NIV); dalam contoh yang kedua roh dipahami secara umum untuk berarti "dengan cara rohani" (begitulah dengan NASB). Anteseden "yang" bisa menjadi "Roh" atau "roh," atau itu mungkin bisa menjadi keadaan Kristus yang dihukum mati dan dibangkitkan. Penafsiran mana saja yang orang ambil, itu akan punya banyak kaitannya dengan cara ia memahami sisa nas ini.19Kita akan menunda dalam memilih di antara pelbagai kemungkinan itu sampai kita telah meneliti isu-isu lain yang diangkat oleh ayat-ayat itu.
Pertanyaan-pertanyaan itu berlanjut. "Ia pergi dan membuat pernyataan" bisa dipahami secara harfiah atau kiasan, dengan kata lain, Yesus mungkin telah pergi secara langsung atau Ia mungkin telah pergi tidak secara fisik, atau secara representatif. Namun begitu, ketika Petrus mengatakan bahwa Yesus membuat pernyataan kepada roh-roh yang sekarang di penjara, dibutuhkan pembacaan secara kiasan untuk "roh … di penjara." Penjara harfiah dengan jeruji besi dan penjaga yang menawan roh-roh harfiah adalah di luar bayangan. Roh-roh itu berada di tempat semacam penjara, tapi tidak seperti penjara yang manusia kenal. Perhatikanlah bahwa Alkitab NASB menuliskan kata "sekarang" dalam huruf miring, yang artinya kata itu tidak terdapat dalam bahasa Yunani. Ketika Alkitab NASB menyisipkan kata "sekarang," yang tersirat adalah bahwa roh-roh itu tidak berada "di penjara" ketika Yesus membuat pernyataan kepada mereka, tapi mereka sudah berada di penjara ketika Petrus menulis. Berdasarkan konteksnya pembaca harus memutuskan apakah Alkitab NASB bertindak benar atau tidak dalam menyisipkan kata "sekarang."
Jika "roh-roh" yang kepada siapa Yesus berkhotbah tidak benar-benar berada "di penjara," di manakah mereka? Apakah arti "di penjara"? Jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini akan tergantung pada siapakah "roh-roh" yang Yesus khotbahkah itu. Menurut 3:20, roh-roh itu adalah mereka yang tidak taat pada zaman Nuh. Beberapa orang berpendapat bahwa acuan itu adalah kepada malaikat-malaikat jahat, "anak-anak Allah" dalam Kejadian 6:1-4, yang hidup sebelum air bah. Meski benar bahwa ada ketertarikan kontemporer yang luar biasa dalam diri "anak-anak Allah" yang mengambil istri dari "anak-anak perempuan manusia" dalam Kejadian 6:1-4, namun "anak-anak Allah" itu (siapa pun atau apa pun mereka) bukan minat Petrus. Petrus peduli dengan penghakiman yang Allah akan jatuhkan ke atas orang-orang pada zamannya. Ia tidak tertarik dengan penghakiman malaikat. Seperti orang-orang yang tidak taat pada zamannya, yang mencetuskan murka Allah adalah orang-orang yang tidak taat pada zaman Nuh. "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi" (Kejadian 6:5). "Roh-roh" yang tidak taat pada zaman Nuh adalah orang-orang jahat dari generasi itu.
Memang tidak biasa untuk mengacukan manusia sebagai "roh," tapi bagaimana lagi rasul itu menamakan orang-orang yang sudah lama mati? Mereka bukan lagi orang dalam arti biasa kata itu, yaitu, orang-orang dalam daging. Rasul itu menyebut orang yang hidup "jiwa" (yucai, psuchai, 3:20); orang-orang yang mati adalah "roh." Penggunaan "roh" oleh Petrus entah bagaimana seperti penggunaa dalam Ibrani 12:9 di mana bapak-bapak jasmani dihadapkan dengan "Bapa segala roh." Seperti Petrus, penulis kitab Ibrani menggunakan kata "roh" untuk mereka yang tidak dalam daging. Ketika Petrus mengatakan "roh-roh" itu berada "di penjara," ia menegaskan bahwa orang-orang yang memberontak pada zaman Nuh, meski mereka tidak lagi dalam daging, telah dikurung dalam dunia orang mati. "Roh-roh" itu adalah orang-orang yang tidak taat dari generasi Nuh. Mereka itu berada di alam Hades ketika Petrus menulis. Itu adalah penjara mereka. Alam Hades sebagai penjara tidak akan menjadi konsep yang aneh bagi mereka yang mengenal baik para nabi. Yehezkiel, misalnya, menggambarkan orang-orang perkasa Mesir sudah turun ke dunia orang mati (Yehezkiel 32:18-32), alam kelam yang seperti penjara. "Penjara" bagi Petrus adalah setara dengan "Sheol" dalam Yehezkiel.
Singkatnya, Yesus pergi ke dunia orang mati, khususnya kepada orang-orang yang pada zaman Nuh tidak taat dan "membuat pernyataan." Yesus menyiarkan pesan. Kata khru/ssw (kerussō) adalah kata kerja umum untuk menyiarkan pesan. Dalam 4:6, Petrus akan menggunakan kata kerja eujaggeli÷zw (euangelizō), yang berarti "memberitakan injil," tapi tidak di sini. Hal apakah yang Yesus nyatakan atau siarkan kepada orang mati? Mengapakah Ia ingin menyatakan sesuatu kepada orang mati? Untuk menangani pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus kembali kepada isu pertama yang kita angkat tentang ayat ini. Apa anteseden kata ganti itu? Apa arti "yang mana"?
Kata terakhir 3:18 baik dalam bahasa Yunani dan Alkitab NASB adalah "roh." Yesus dihukum mati ketika Ia berada dalam alam, dalam batas-batas, daging; dan Ia dibangkitkan dalam alam roh. Mengapakah Petrus tidak hanya mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan? Mengapa "dibangkitkan menurut roh"? Mungkin ada bantuan tertentu dalam 2:5 di mana rasul itu menyinggung "rumah rohani" dan "korban-korban rohani." Di situ ia tampaknya bermaksud bahwa rumah dan korban-korban itu tidak bersifat materi. Bahwa mereka itu bersifat "rohani" tidak diragukan lagi berarti mereka itu menjadi kesukaan Allah dan restu Allah, tapi mereka juga non-materi. Rohani dapat berarti non-literal sebagaimana "roh" dapat berarti non-daging. Penggunaan kata "rohani" dalam 2:5 adalah petunjuk bagi pemahaman Petrus atas penaklukan maut oleh Yesus. Allah membangkitkan Kristus setelah Ia disalibkan, tetapi Yesus tidak mempertahankan tubuh yang sama, yang bersifat daging dalam segala hal, sebagaimana sebelum penyaliban. Aspek "dibangkitkan menurut roh" yang bersifat non-materi, non-daging, dibawa ke dalam penggunaan "yang mana" dalam 3:19. Paulus membuat perbedaan antara berada dalam daging atau dalam roh (Kolose 2:5). Tampaknya memungkinkan bagi seseorang untuk hadir "dalam roh" ketika ia tidak secara harfiah, hadir secara fisik.
Setelah mengatakan bahwa Yesus "dibangkitkan dalam roh," pemikiran Petrus beralih. Ia berpindah dari karya pendamaian Kristus, kematian-Nya bagi segala dosa dan kebangkitan-Nya, hingga pembenaran orang Kristen di mata dunia yang sedang menindas mereka. Pikiran Petrus kembali kepada pernyataan Tuhan dan kepada penghakiman yang akan menyertai pernyataan-Nya. Adalah tema penghakiman yang membawa dia kepada Nuh. Pernah ada waktu lain ketika Allah mendatangkan penghakiman universal atas umat manusia. Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa penghakiman pada zaman Nuh tidak terjadi tanpa adanya Kristus. Secara rohani, nonmateri, ketika Nuh berkhotbah dan memperingatkan orang-orang sezamannya, ketika ia menyiarkan pesan Allah kepada mereka, itu adalah Kristus yang bicara melalui Nuh. Rasul itu bisa saja sudah mengatakan dengan tekanan yang sama bahwa Kristus telah bicara melalui mulut Musa atau Yesaya, tapi Nuh adalah relevan karena Allah telah menghakimi dunia pada zaman Nuh. Pada hari itu Allah telah menyatakan diri-Nya, kuasa-Nya dan tujuan-Nya. Allah juga akan menyatakan diri-Nya kepada Petrus, para pembacanya, dan para penindas mereka dalam penghakiman atas seluruh dunia. Yesus secara rohani bicara melalui Nuh dan penghakiman datang. Dengan cara yang sama, Yesus secara rohani sedang bicara melalui Petrus dan saksi-saksi rasuli lainnya. Penghakiman pasti akan mengikuti pemberitaan mereka juga.
Yang masih harus dikatakan adalah bahwa pemahaman atas nas-nas ini menggapai jauh ke belakang kepada Augustine (abad kelima Masehi) dan dipertahankan oleh sarjana-sarjana cerdas moderen. Tindakan Yesus yang pergi dan membuat pernyataan paling baik dipahami sebagai bersifat rohani, yaitu pergi secara non-materi. Yesus sudah bicara dalam pribadi juru bicara Allah Nuh selama waktu ketika penghakiman Allah sudah dekat dan universal. Ketika Nuh bicara, Yesus bicara; ketika Petrus bicara, Yesus bicara.
Ada pengertian lain mengenai 3:19 yang patut dipertimbangkan. Doktrin, bahwa antara penyaliban dan kebangkitan-Nya Yesus pergi secara harfiah ke dunia orang mati, yang disebut Descensus, merupakan bahan umum dalam gereja kuno. Ada bermacam penjelasan mengenai tujuan-Nya pergi ke dunia Hades. Mungkin itu untuk mengumumkan kemenangan, untuk meyakinkan dan menyatakan diri-Nya kepada umat yang setia, dan untuk memberitakan hukuman kepada orang fasik. Nas-nas seperti Kisah 2:27 dan Efesus 4:9 digunakan untuk mendukung doktrin itu. Pengakuan Imam Rasuli dalam bentuknya yang terakhir yang bertanggal dari era Rufinus (sekitar 360 Masehi) berisi kalimat "Ia turun ke dalam neraka." Dikatakan bahwa Yesus turun ke alam di mana jiwa-jiwa menantikan akhir zaman, tempat di mana Yesus pergi bersama pencuri itu setelah penyaliban (Lukas 23:43), tempat di mana orang yang taat dan tidak taat menunggu penghakiman terakhir.
Meski beberapa orang telah berusaha melihat adanya teologi "kesempatan kedua" di dalam Descensus, itu bukan merupakan implikasi penting doktrin itu. Ada beberapa alasan lain mengapa Yesus mungkin telah turun ke Hades. Hampir tidak terbayangkan bahwa Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa Yesus benar-benar pergi dan membuat pernyataan kepada beberapa makhluk dari dunia roh atau kepada roh-roh orang mati setelah penyaliban-Nya, ketika Ia dibangkitkan dalam roh. Namun begitu, jika itu yang Petrus maksudkan, maka sulit untuk melihat relevansi kata-katanya dengan pokok-pokok pikiran yang langsung mendahului. Turunnya Yesus ke alam Hades adalah cocok dengan konteksnya yang seperti pemikiran yang acak. Selanjutnya, gagasan bahwa Yesus turun ke alam Hades untuk berkhotbah memiliki, setidaknya, dukungan tidak langsung dari nas-nas lain Perjanjian Baru. Bukan hal yang tidak terbayangkan bahwa Petrus mengacukan tindakan turun seperti itu; hal itu juga memungkinkan. Kita menyimpulkan bahwa anteseden kata ganti "yang mana" adalah "roh," kata terakhir dalam ayat sebelumnya, dan roh harus dieja dengan huruf kecil. Dalam kasus lain di mana Petrus menggunakan kata-kata "yang mana" kata gantinya sepertinya mengacu kepada konteks sebelumnya, tapi penggunaan frasa itu bersifat pengecualiaan. Setiap kejadian harus dipahami berdasarkan nilainya sendiri. Berdasarkan cara kata ganti itu digunakan dalam 3:19, maka wajar untuk memahami kata itu mengacu kepada "roh," yag merupakan antesedennya yang terdekat.
Ayat 20. Orang-orang yang berada di alam Hades ketika Petrus menulis, yang dahulu tidak taat, adalah orang-orang yang kepada siapa Kristus telah membuat pernyataan. Ketidaktaatan mereka yang hidup pada zaman Nuh adalah sama dengan ketidaktaatan orang-orang yang menindas umat Kristen di zaman Petrus. Dalam kedua kasus itu, mereka yang tidak taat akan "memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (4:5). Allah tidak menghancurkan dunia purba sebagai reaksi tanpa rencana terhadap kejahatan orang-orang itu. Sebagaimana Allah menanti dengan sabar di zaman Nuh, Allah juga menanti dengan sabar di zaman Petrus. Dalam suratnya yang kedua, rasul itu akan mengatakan bahwa Allah "sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2 Petrus 3:9). Kristus telah berkhotbah kepada generasi Nuh ketika Nuh berkhotbah kepada mereka, selagi mereka masih hidup. Generasi Nuh tidak mempercayai pemberitaan itu. Pada akhirnya, Nuh dibenarkan; orang-orang kafir dihakimi. Hal yang sama akan terjadi bagi generasi Petrus.
Sementara Kristus memperingatkan orang-orang dunia purba melalui kata-kata Nuh, "pemberita kebenaran" (2 Petrus 2:5), Allah sedang memberi peringatan nyata lainnya. Nuh berkhotbah selama pembuatan bahtera. Seperti juru bicara Kristus Nuh, Petrus juga memberikan peringatan nyata kepada orang-orang sezamannya. Melalui pemberitaan Petrus dan saksi-saksi rasul lainnya, gereja terwujud. Sebelumnya rasul itu telah menyebut gereja sebagai "rumah rohani" Allah (2:5). Sebagaimana beberapa generasi Nuh diselamatkan ketika mereka mencari perlindungan dari kejahatan di sekitar mereka, begitu juga beberapa generasi Petrus sedang diselamatkan ketika mereka menemukan perlindungan di dalam rumah rohani Allah. Orang-orang Kristen yang Petrus sapa juga memiliki bahtera di mana mereka bisa menemukan tempat berlindung ketika penghakiman Allah datang. "Bahtera" di 3:20 untuk para pembaca Petrus adalah sama dengan "rumah rohani" dan "imamat kudus" dari 2:5. Memang benar bahwa jumlah orang Kristen kecil, tetapi ketika Nuh membangun bahtera di sana hanya ada sedikit, yaitu delapan orang yang dibawa ke tempat yang aman. Seharusnya tidak mengejutkan bahwa beberapa generasi di zaman Petrus akan menemukan keselamatan.
Analogi (hampir menyerupai alegori) Nuh, bahtera, dan orang-orang jahat dari generasi Nuh telah bekerja dengan baik hingga titik ini. Namun begitu, ketika Petrus menambahkan bahwa delapan orang dari generasi Nuh diselamatkan oleh air bah, kita harus bertindak hati-hati. Teks Yunani itu, diterjemahkan secara lebih harfiah, mengatakan, "Mereka diselamatkan melalui air." Itu merupakan pernyataan yang aneh. Orang mungkin mengharapkan teks itu berkata bahwa delapan orang diselamatkan "dari air," bukan "melalui air." Mereka pasti tidak diselamatkan dengan sarana banjir, bukan? Mungkin maksud Petrus adalah bahwa delapan orang itu diselamatkan dari penghakiman yang Allah datangkan ke atas generasi sezaman mereka "melalui air." Jika itu maksudnya, maka air menyelamatkan mereka. Air membasuh dosa manusia di bumi dan menyelamatkan delapan orang dari penghakiman yang sama yang dialami oleh orang-orang yang tidak taat. Andaikan bukan karena pembasuhan air, maka mereka itu akan menemukan diri mereka terperangkap dalam kejahatan yang mengelilingi mereka.
Adalah relevan untuk bertanya mengapa Petrus entah bagaimana menyebut "air." Ayat berikutnya menjelaskan hal itu. Ia menyebut air karena subyeknya selama ini adalah keselamatan delapan orang dari generasi Nuh. Subyek rasul itu selama ini adalah keselamatan para pembacanya. Orang-orang Kristen yang Petrus sapa, seperti halnya delapan orang dari zaman Nuh, telah diselamatkan dari orang-orang sezaman mereka (1) ketika Allah mendatangkan penghakiman dan (2) melalui air. Tentu saja, analogi itu tidak dapat diartikan benar secara keseluruhan, tapi kemiripannya cukup memberikan jaminan kepada para pembaca Petrus bahwa ada persamaan antara cara Allah bertindak di masa lalu dan cara Ia sedang bertindak ke atas mereka. Petrus sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah "dilahirkan kembali" dari benih yang tak dapat binasa. Mereka dilahirkan kembali ketika mereka dibaptis dalam Kristus (lihat komentar tentang 1:3, 23). Pembaptisan mereka dalam air telah menjadi titik awal di mana mereka mengenakan Dia (Galatia 3:27), menjadi umat-Nya, dan berbagi warisan. Keselamatan delapan orang di zaman Nuh adalah paralel dalam beberapa hal dengan keselamatan para pembaca Petrus. Air pada zaman Nuh telah menyapu bersih kebobrokan di bumi sehingga Nuh dan keluarganya bisa terbebas dari pengaruh generasi mereka. Dalam air baptisan, para pembaca Petrus telah mengalami kuasa darah Yesus yang menghapus dosa mereka. Berdasarkan apa arti baptisan bagi para pembacanya, rasul itu ingin mereka mengerti bahwa orang-orang yang kepada siapa Kristus sudah membuat pernyataan melalui mulut Nuh, seperti halnya diri mereka, telah diselamatkan "melalui air."
Ayat 21. Ini adalah satu-satunya tempat dalam 1 Petrus di mana kata baptisan secara jelas muncul; tidak ada keraguan tentang pentingnya kata itu dalam nas ini. Terjemahan Alkitab NASB "sama seperti itu" melemahkan dampak kata-kata Petrus itu. Secara lebih harfiah ia mengatakan bahwa air adalah "sebuah kiasan" (aÓnti÷tupoß, antitupos). Ini hanya kemunculan kedua kata itu dalam Perjanjian Baru, kemunculan lainnya adalah Ibrani 9:24. Subyeknya adalah keselamatan. Ketika air di zaman Nuh menyelamatkan delapan orang dari generasi bobrok di sekeliling mereka, itu adalah "tipe," bayangan, tentang "baptisan" yang sekarang menyelamatkanmu.
Rasul itu menduga bahwa para pembacanya sudah dididik mengenai pentingnya "baptisan." Mereka akan sudah mengerti bahwa baptisan itu bukan sekedar tindakan mekanis. Kemanjuran baptisan memancar pertama kali dari karya Kristus yang "mati untuk dosa … yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (3:18). Kedua, itu memancar dari respon iman para pembacanya. Apa yang jelas adalah bahwa "baptisan" bukan embel-embel keselamatan; itu bukan "respon lahiriah terhadap anugerah batiniah." Sebagaimana Kristus bertindak ketika Ia mati di kayu salib, begitu juga Ia bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa. "Baptisan" adalah tindakan manusia, tetapi itu juga tindakan ilahi. Orang percaya yang menyesali dosanya diselamatkan ketika ia dibaptis (Roma 6:3, 4). Calvin, Zwingli, dan para reformis lainnya adalah benar dalam banyak kecaman mereka terhadap Katholik Roma, tapi mereka salah ketika mereka menolak gagasan bahwa Allah bertindak ketika iman dinyatakan dalam baptisan.
D. A. Carson salah ketika ia menyiratkan bahwa gereja-gereja Kristus memiliki pandangan aneh tentang baptisan tanpa akar sejarah dalam tradisi Kristen.20Di abad-abad awal agama Kristen tidak ada orang yang akan sudah memahami keberadaan dalam Kristus tanpa baptisan.21Fred Gealy benar ketika ia menulis, Baptisan adalah waktu ketika manusia secara efektif dipanggil kepada hidup yang kekal. [Itu adalah] ritus peralihan dari dunia kepada gereja, sebagai kelahiran kembali dari dunia kegelapan yang jahat sekarang ini ke dalam Kerajaan kasih Anak Allah, adalah tindakan pengakuan di depan umum yang secara efektif memisahkan orang Kristen dari dunia dan menetapkan dia dalam gereja.22
Kutipan-kutipan dapat dilipatgandakan. Banyak sarjana Alkitab yang tidak memiliki hubungan dengan gereja-gereja Kristus menunjukkan bahwa di dalam Perjanjian Baru dan gereja mula-mula, baptisan, perubahan hidup, dan pengampunan dosa terjalin tak terpisahkan. Mereka mungkin tidak setuju dengan cara gereja moderen harus dipandu dengan praktik orang Kristen dalam Perjanjian Baru, tetapi ada banyak orang yang memahami bahwa bagi gereja mula-mula tidak ada hal seperti itu yaitu ada orang Kristen yang belum dibaptis. Petrus membuat jelas hal itu ketika ia menulis "baptisan yang sekarang menyelamatkan kamu." Ketika Paulus menulis, "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus" (Galatia 3:27), implikasi jelasnya adalah bahwa mereka yang belum dibaptis ke dalam Kristus belum mengenakan Dia. Sama terlihatnya adalah bahwa hanya mereka yang telah mengenakan Kristus yang berpartisipasi dalam warisan Kristen.
Petrus menjelaskan. Siapa saja yang menganggap pentingnya "baptisan" terletak pada ritus lahiriahnya dengan sendirinya ia telah salah memahami ajaran Perjanjian Baru. Dalam kata-kata Edward Gordon Selwyn, baptisan "bukan sekedar tindakan pembersihan tubuh, tetapi penyerahan moral manusia seutuhnya kepada Allah yang diungkapkan dalam Kristus."23"Baptisan" juga bukan sekedar tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Sunat, sebaliknya, adalah tindakan lahiriah yang hanya berfungsi sebagai tanda perjanjian. Allah tidak bertindak ketika seorang anak berumur delapan hari disunat. Sebelum sunat anak Yahudi sudah terhitung di antara umat Allah berdasarkan kelahirannya. Ketika orang percaya memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah dengan cara dibaptiskan, Allah bertindak karena Kristus telah "mati bagi dosa" (3:18); Ia bertindak karena Yesus Kristus telah dinyatakan sebagai pemenang melalui kebangkitan[-Nya]. Ketika orang dibaptis dalam Kristus, ia menjadi bagian dari umat Allah berdasarkan kelahiran barunya.
Baptisan adalah permohonan kepada pembayaran yang Yesus lakukan di atas kayu salib untuk "hati nurani yang baik." "Hati Nurani" bagi Petrus tidak berarti hal yang sama dalam ungkapan moderen. "Hati Nurani" di sini bukan suara kecil tertentu di dalam batin. Sebaliknya, itu adalah perasaan seseorang yang berdiri di hadapan Allah dan sesamanya. Karena orang telah dibaptis, maka "hati nurani[nya] yang baik" adalah pengetahuan yang dibagi antara dirinya, Allah, dan rekan-rekannya. Itu memberi dia keyakinan dan jaminan bahwa ia berdiri sebagai salah seorang umat milik Allah, pewaris warisan yang akan diungkapkan pada penampakan-Nya. "Hati Nurani" di dunia Petrus memiliki dimensi sosial yang jauh lebih berat daripada yang dimiliki orang-orang zaman ini.
Perlu diperhatikan bahwa Petrus memahami "baptisan" sebagai pembasuhan tubuh. Signifikansinya punya kaitan dengan pembasuhan. Analoginya itu rusak jika kita memahami baptisan sebagai percikan dengan air atau menuangkan sedikit air pada calon baptisan. Selain itu, Petrus mengatakan bahwa "baptisan" adalah "permohonan" pada sisi orang yang akan dibaptis untuk minta "hati nurani yang baik." Implikasinya adalah bahwa orang yang sedang dibaptis adalah cukup dewasa sehingga ia dapat membuat permohonan untuk dirinya sendiri. Petrus memahami baptisan sebagai pembenaman calon yang cukup dewasa untuk mengenali kondisinya yang sesat dan yang dengan demikian dapat memohon untuk hati nurani yang baik.
Ayat 22. Tidak ada kitab Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip di dalam Perjanjian Baru selain kitab Mazmur,24dan tidak ada mazmur yang lebih sering dikutip selain Mazmur 110, dan tidak ada bagian dari Mazmur 110 yang lebih sering dikutip selain, "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mazmur 110:1). Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah setelah Ia naik ke sorga. Yesus Kristus memiliki dimensi sejarah. Ia adalah seorang laki-laki, lahir dari seorang perawan, dibesarkan di Nazareth, seorang pengkhotbah, dan nabi. Secara nyata Yesus sudah menyembuhkan orang buta, secara mujizatiah memberi makan lima ribu orang, dan berubah wujud di hadapan tiga murid-Nya. Di bawah Pontius Pilatus dan atas desakan orang-orang Yahudi (umat-Nya sendiri), bangsa Romawi menyalibkan Dia. Pada hari ketiga, Ia dibangkitkan oleh kuasa Allah. Yang penting bagi iman Kristen adalah bahwa pelbagai peristiwa ini dan yang lainnya terjadi secara nyata, tapi itu belum semuanya. Sekedar rasa ingin tahu yang aneh tidak bisa memadai untuk mengalami Kristus. Yesus sekarang memerintah. Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada Dia. Petrus tertarik lebih daripada siapa Yesus sebenarnya sebagai manusia; ia juga tertarik siapa Dia sebagai Anak Allah.
Duduk "di sebelah kanan" memiliki simbolisme sendiri. "Tangan kanan" menunjukkan sekaligus kedekatan dan kuasa. Tidak ada harapan untuk mencoba memahami semua yang terlibat dalam hubungan antara Bapa dan Anak. Mereka adalah satu, tapi pada saat yang sama Allah Bapa berada di atas takhta, dan Yesus Anak berada di tangan kanan-Nya. Petrus tidak berurusan dengan seluk-beluk doktrin Trinitas. Kepe- duliannya adalah mengakui dan meneguhkan bahwa Yesus memiliki hubungan seperti itu dengan Allah sehingga itu harus jangan dibandingkan dengan ciptaan lain apa saja. Segala "kuasa dan kekuatan," baik malaikat atau duniawi, di bawah perintah-Nya. Selanjutnya, Ia memerintah atas umat-Nya. Ia peduli terhadap mereka, mendisiplinkan dan membimbing mereka. Ia adalah Raja mereka yang baik hati.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang ...
1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang percaya untuk menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada penguasa sipil, dan mendesak para budak untuk bersikap hormat dan patuh kepada majikan mereka. Penderitaan para budak telah menyebabkan dia merenungkan penderitaan Kristus, tetapi dalam pasal 3 ia kembali kepada ketundukan, kali ini ketundukan istri kepada suami. Nasihat kepada budak dan istri adalah dalam bidang rumah tangga, tapi hubungan isteri kepada suami tentu tidak sama dengan hubungan budak kepada tuannya. Ikatan emosi dan konvensi sosial yang stereotip bagi laki-laki dan perempuan meningkatkan kompleksitas hubungan suami/istri.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Origen Contra Celsum 3.55.
2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering dig...
Catatan Akhir:
- 1 Origen Contra Celsum 3.55.
- 2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru dengan konotasi negatif, yang berarti "duniawi" atau sejenisnya. Dalam ayat ini kata itu tidak memiliki pengertian itu. Orang Yunani menganggap alam semesta di mana mereka hidup sebagai indah dan sangat proporsional. Jadi kata itu menjadi sebutan untuk sesuatu yang indah dan dihias dengan baik.
- 3 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 159; Plutarch Moralia 141E.
- 4 Josephus Antiquities 4.8.15.
- 5 Josephus Against Apion 2.25.
- 6 Alkitab NASB menangkap arti frasa Yunani itu dengan baik. Secara lebih harfiah kata-kata itu berkata, "kepada bejana yang lebih lemah, feminin." Kata yang diterjemahkan "feminin" (gunaikei√oß, gunaikeios) hanya terjadi di sini dalam Perjanjian Baru. Kata "bejana" (skeuvoß, skeuos) digunakan dalam berbagai cara. Itu mengacu kepada sebuah objek dari jenis tertentu, kadang-kadang toples atau wadah. Yang digunakan di sini mengacu kepada tubuh fisik wanita, seperti yang terjadi dalam 1 Tesalonika 4:4.
- 7 Ignatius Philadelphians 1.
- 8 Dalam Surat-Suratnya Pliny the Younger (awal abad kedua Masehi) membuat pernyataan yang menggambarkan semangat tak tahu malu yang dengannya kaum laki-laki Romawi yang berstatus mencari kemuliaan mereka sendiri.Dalam sebuah surat kepada temannya Maximus, ia menyebutkan dua orang hambanya yang telah disewa selama tiga dinar setiap orang (upah yang layak) untuk duduk di antara orang-orang yang mendengarkan seorang orator tertentu dan bertepuk tangan. Ia mengatakan para budak itu tidak tahu apa yang sedang dikatakan dan "akan bingung, tanpa sinyal, bagaimana mewaktukan tepuk tangan mereka." (Pliny the Younger Letters 2.14.)
- 9 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 130; The Community Rule (1QS) 1.4.
- 10 Carroll Stuhlmueller, Dianne Bergant, et al., eds. The Collegeville Pastoral Dictionary of Biblical Theology (Collegeville, Minn.: Liturgical Press, 1996), 714.
- 11 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 141.
- 12 Lihat komentar tentang 2:19 untuk kata yang digunakan dalam arti "kesadaran." Lihat Christian Maurer, " su/noida, sunei/dhsiß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 7:898-919.
- 13 Kata iºna ( hina ), yang diterjemahkan "supaya" dalam 3:16, kadang-kadang mengungkapkan hasil. Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 477.
- 14 Best, 134.
- 15 Kasus untuk penafsiran ini dinyatakan dengan baik oleh Michaels, 191-92.
- 16 Sirach 41:12 (REB).
- 17 Teologi Katolik Roma menyatakan bahwa ada pengorbanan kekal Kristus di sorga, bahwa Yesus benar-benar menderita ketika Ekaristi dirayakan. Pernyataan oleh Petrus dan dalam kitab Ibrani menjadi dasar doktrin itu. beristirahat. Lihat "Eucharist" in The Oxford Dictionary of the Christian Church, 2d ed., ed. F. L. Cross and E. A. Livingstone (Oxford: Oxford University Press, 1974), 475-77.
- 18 Mengenai Yesus turun ke alam Hades, Macculloch menulis, "Dari setidaknya abad kedua tidak ada kepercayaan yang lebih dikenal dan populer, termasuk Turun Ke hades, penaklukan Kematian dan Hades, Pemberitaan Kepada Orang Mati, dan Pelepasan Jiwa, dan popularitasnya terus meningkat" (J. A. MacCulloch, The Harrowing of Hell: A Comparative Study of an Early Christian Doctrine [Edinburgh: T. & T. Clark, 1930], 45.)
- 19 Ungkapan e˙n w (en hoi) telah dipahami dengan cara lain. Pelbagai alternatif yang tercantum di atas memiliki dukungan yang paling kuat. Ini bukan tempat untuk diskusi tentang isu-isu tata bahasa yang terlibat. Mereka yang tertarik dapat berkonsultasi dengan Michaels, 205.
- 20 D. A. Carson, "Reflections on the Book I Just Want to be a Christian by Dr. Rubel Shelly." Makalah ini dapat ditemukan di website: www.mun.ca/rels/restmov/texts/rmeyes/carson.html. Carson menulis, "Pada saat yang sama, itu [Gerakan Restorasi Amerika] mengembangkan pandangan tentang baptisan yang hampir tidak diadopsi oleh seorang pun di luar spektrum jemaat-jemaat yang diwakili oleh Gerakan Restorasi Amerika." Agaknya Carson memahami pandangan yang diadopsi oleh Gerakan Restorasi Amerika adalah bahwa Allah bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa orang percaya yang taat. Faktanya, pandangan itu dapat didokumentasikan dari periode kuno dan moderen dari sejarah gereja dan dari tradisi Kristen yang beragam.
- 21 Everett Ferguson mengumpulkan teks-teks dari abad kedua yang menunjukkan bahwa pelbagai segmen yang luas dari gereja pada periode itu memahami baptisan sebagai pengampunan dosa. Itu adalah doktrin yang bertahan dengan baik selepas masa Perjanjian Baru. Ia menulis, "Kebulatan dan semangat pelbagai pernyataan dari awal abad kedua tentang baptisan mengandung dugaan tentang hubungan langsung antara baptisan dan pengampunan dosa dari hari-hari awal gereja"(Everett Ferguson, Early Christians Speak [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1971], 38.)
- 22 Fred Gealy, "The First and Second Epistles to Timothy and the Epistle to Titus, Introduction and Exegesis," in The Interpreter's Bible , ed. George A. Buttrick (New York: Abingdon Press, 1955), 11:453.
- 23 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 83.
- 24 Apa yang orang maksudkan dengan "kutipan" adalah tidak pasti. Pelbagai edisi teks Yunani Perjanjian Baru yang lebih tua yang diterbitkan oleh United Bible Societies memiliki "Index of Quotations" dalam lampiran. Kitab Mazmur memiliki paling banyak kutipan jika kita mempertimbangkan kutipan sama dengan petikan. Edisi teks UBS yang paling baru telah mengganti "Index of Allusions and Verbal Parallels" dengan "Index of Quotations." Dengan menggunakan kriteria yang lebih luas, ada karya-karya Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip daripada kitab Mazmur.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KESELAMATAN DALAM EMPAT ADEGAN (1 Petrus 3:18-22)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Dalam 1 Petrus 3:18-22, Petrus tampaknya sangat tidak peduli terhadap para ...
KESELAMATAN DALAM EMPAT ADEGAN (1 Petrus 3:18-22)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Dalam 1 Petrus 3:18-22, Petrus tampaknya sangat tidak peduli terhadap para pengkhotbah yang akan menyajikan pelajaran tentang surat-suratnya dan menginginkan uraian satu-dua-tiga yang rapi. Pikirannya berkembang dari satu gagasan ke gagasan yang lain. Satu pikiran mencetuskan pikiran yang kedua, yang pada gilirannya menimbulkan pikiran yang ketiga, dan pikiran yang ketiga itu mengandung pikiran yang keempat—semuanya dalam semacam kejiwaan, ketimbang logika, gaya.
Jelas terlihat bahwa subyek utama Petrus adalah keselamatan. Ia bicara tentang bagian Kristus dalam keselamatan kita—"Juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita"—dan bagian kita "diselamatkan oleh … baptisan." Mungkin kita bisa memahami dengan lebih baik alasan Petrus itu jika kita menganggap nas ini sebagai drama tentang keselamatan yang dipentaskan dalam empat adegan.
ADEGAN 1: KESELAMATAN DIBELI
Lokasi : Golgota.
Waktu : Masa lalu yang relatif baru.
Tokoh-tokoh : Yesus, musuh-musuh-Nya, dan Anda.
Teks: 3:18, 19 : "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara."
Pertanyaan pertama yang perlu kita tanyakan tentang ayat-ayat ini adalah: Mengapa? Mengapa Petrus mengetengahkan kematian Yesus pada titik ini? Jawabannya adalah karena Ia tidak bersalah tetapi Ia harus menderita dan mati pula. Petrus baru saja mengatakan, "Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat" (3:17). Kristus adalah contoh luar biasa tentang orang yang menderita karena berbuat benar. Para pendengar bisa mendapat penghiburan dalam fakta bahwa, jika mereka menderita karena agama Kristen mereka, maka mereka sedang mengikuti jejak Tuhan mereka.
Pertanyaan yang kedua adalah ini: Hal apakah yang dicapai oleh perkataan Petrus tentang kematian Yesus? Petrus tidak berhenti hanya dengan menyebutkan bahwa Yesus mati sebagai penderita yang tidak bersalah; ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Ia "telah mati sekali untuk segala dosa kita." Dengan kata lain, kematian Kristus itu bermakna. Mungkin hal ini akan sudah mendorong para pembaca pertamanya bahwa, seandainya mereka harus mati karena iman mereka, kematian mereka juga akan memilik arti. Dalam arti tertentu (meski berbeda dari kematian Yesus), kematian mereka mungkin juga memiliki kuasa penebusan.
Pertanyaan ketiga yang kita bisa tanyakan tentang ayat-ayat ini adalah: Apa yang terjadi setelah kematian Yesus? Petrus berkata Yesus "telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi … telah dibangkitkan menurut Roh." Mungkin maksudnya adalah bahwa kematian Yesus bersifat jasmani, kematian tubuh, kematian dengan cara alami; tapi itu bukan akhir dari cerita itu! Ia hidup kembali; Ia mengalahkan kematian! Kebangkitan-Nya adalah kemenangan Roh, dicapai dengan sarana rohani, supranatural! Tubuh-Nya, tentu saja, hidup lagi, tapi kebangkitan-Nya pada dasarnya suatu penaklukan rohani. Mungkin hal ini akan sudah memiliki arti bagi para pembaca pertama dalam mengingatkan mereka bahwa, jika mereka mati karena iman itu, mereka bisa hidup lagi, sebagaimana Yesus.
Kita juga perlu mengajukan pertanyaan keempat: Bagaimanakah kematian Yesus mempengaruhi kita? Jawaban Petrus terhadap pertanyaan itu akan berupa: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah." Anda dapat menemukan diri Anda dalam kata-kata itu: Kristus mati "untuk segala dosa"—dosa-dosamu. Kristus, Pribadi Yang Benar, mati "untuk orang-orang yang tidak benar"—Anda adalah salah satu orang yang tidak benar yang untuk siapa Ia mati. Kristus telah mati untuk "membawa kita kepada Allah"—Anda termasuk dalam "kita" begitu juga saya! Kematian Kristus di kayu salib adalah kematian pengganti. Ia menggantikan Anda. Ia menderita, bukan karena dosa-dosa-Nya sendiri, tetapi karena dosa-dosa Anda. Dengan demikian, Ia membuat keselamatan menjadi mungkin; Ia membeli pengampunan Anda di Kalvari! Hasilnya? Anda dapat mencapai apa yang umat manusia sudah selalu upayakan. Ia akan membawa Anda kepada Allah; Anda dapat datang kepada Allah!
Marilah kita bersyukur kepada Allah untuk Kristus yang telah membeli keselamatan untuk kita!
ADEGAN 2: KESELAMATAN DIGAMBARKAN
Lokasi : Dunia jahat di zaman Nuh. Waktu : Masa lalu yang jauh.
Tokoh-tokoh : Yesus, orang yang tidak taat, dan orang yang taat.
Teks: 3:19, 20 : "Dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. "
Nas untuk adegan ini adalah nas yang sulit. Kesulitan pertama terletak pada kenyataan bahwa Petrus mengatakan bahwa Kristus "pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara." Kapankah Kristus melakukan ini? Salah satu kemungkinannya adalah bahwa Ia melakukannya setelah kematian-Nya dan sebelum kebangkitan-Nya. Yang lainnya adalah bahwa yang ada dalam pikiran Petrus adalah gagasan bahwa Kristus hadir dalam roh saat Nuh berkhotbah. Perhatikanlah bahwa sebelumnya dalam kitab ini ia bicara tentang ramalan para nabi melalui "Roh Kristus, yang ada di dalam mereka" (1:11). Alternatif yang mana saja tampaknya mungkin.
Namun begitu, kesulitan yang lebih besar tampaknya adalah ini: Mengapakah Petrus juga mengetengahkan masalah air bah? Apakah ini sekedar gabungan gagasan— Peter menyebutkan bahwa Kristus dibuat hidup dalam Roh, sehingga itu mengingatkan dia bahwa Roh Kristus memberitakan kepada roh-roh di penjara, dan itu menyiratkan kepada dia topik tentang air bah—ketika roh-roh itu tidak taat? Dugaan saya adalah bahwa, ketimbang ini, Petrus ingin membedakan mereka yang tidak taat dengan orang-orang yang taat. Ia tidak mengejar kesamaan, tapi mungkin ia ingin mengingatkan para pembacanya bahwa orang yang taat tidak hanya akan diselamatkan (seperti delapan jiwa yang diselamatkan oleh air), tetapi orang yang tidak taat juga akan binasa. Hal itu tentunya akan sudah menjadi pemikiran yang menghibur bagi orang-orang yang menghadapi penganiayaan. (Lihat nas yang sama, 2 Tesalonika 1:6-10.)
Faktor lain yang menyebabkan kesulitan tertentu dalam nas ini adalah penyebutan air. Petrus secara khusus mengatakan bahwa delapan jiwa diselamatkan melalui air. Beberapa orang ingin percaya bahwa ini berarti bukan karena air atau oleh sarana air—yang tampaknya merupakan arti sederhana nas itu—tapi "melalui" air, sebagaimana bahtera berjalan melalui air. Bagaimanapun, itu adalah khayalan. Terminologi dan tata bahasa yang sama ditemukan dalam Efesus 2:8, 9, di mana kita mengetahui bahwa kita telah diselamatkan "melalui iman." Apakah kita harus percaya bahwa Efesus 2:8, 9 berarti kita tidakdiselamatkan dengan sarana iman, tapi kita hanya dibebaskan "melalui iman," seolah-olah kita berada di dalam sebuah perahu yang meluncur di sepanjang permukaan iman, dibebaskan bukan oleh iman, tetapi dari iman? Tentu saja tidak. Efesus 2:8, 9 dengan jelas mengajarkan bahwa kita diselamatkan dengan sarana iman, dan 1 Petrus 3:20 jelas mengajarkan bahwa Nuh dan keluarganya diselamatkan dengan sarana air!
Akhirnya, pada titik ini, mungkin ada kesulitan tertentu dalam memahami bagaimana kita bisa mengatakan bahwa "air" menyelamatkan delapan jiwa. Bukankah mereka itu diselamatkan oleh bahtera ketimbang oleh air? Air menyelamatkan mereka dalam hal bahwa air itu memisahkan mereka dari dosa, degradasi, dan kerusakan susulan yang mencirikan umat manusia lainnya. Dengan begitu air menjadi sarana hidup baru bagi mereka.
Semua ini, kata Petrus, adalah gambaran keselamatan kita.
ADEGAN 3: KESELAMATAN DIPEROLEH
Lokasi : Dunia kita sendiri. Waktu : Masa kini.
Tokoh-tokoh : Diri kita sendiri, Allah, dan Kristus yang bangkit.
Teks: 3:21 : "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan—maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus. "
Bagaimanakah gagasan ini terhubung dengan apa yang telah terjadi sebelumnya? Petrus sudah membedakan antara orang-orang yang taat dan yang tidak taat. Kemudian ia ingin para pembacanya ingat bahwa mereka termasuk di antara orang-orang yang taat, oleh karena itu termasuk orang yang diselamatkan. Perhatikanlah apa yang ia katakan, "Baptisan … menyelamatkan kamu," dalam bentuk present tense (NASB), dan bukan "Baptisan sudah menyelamatkan kamu," dalam bentuk past tense (NASB). Penekanannya bukan pada apa yang baptisan pernah lakukan sekali di masa lalu untuk seseorang, ketika baptisan membasuh dosa-dosanya; namun lebih pada apa yang baptisan sedang lakukan untuk dia sekarang ini! "Baptisan sekarang menyelamatkan kamu!" Bagaimana mungkin ini terjadi? Baptisan menempatkan orang ke dalam suatu hubungan dengan Allah, Kristus, dan Roh Kudus yang memungkinkan orang itu tetap selamat. Efek baptisan berjalan terus untuk menyelamatkan seseorang. Memang penting bagi orang-orang Kristen yang teraniaya untuk mengingat bahwa, apapun yang manusia bisa lakukan terhadap mereka, Allah masih sedang menyelamatkan mereka! (Lihat 1 Petrus 1.)
Apakah artinya ini bagi kita? Itu berarti bahwa baptisan menyelamatkan kita hari ini dengan cara yang sama air bah menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Air memisahkan mereka dari dunia dosa lama, menyucikan dunia mereka, dan memberi mereka hidup baru. Dengan cara yang sama, air baptisan memisahkan kita dari dunia lama, menyucikan kita dari dosa-dosa kita, dan memberi kita hidup baru. (Lihat Roma 6:3-5.)
Begitu kita mengatakan hal itu—atau, untuk hal itu, begitu kita membaca apa yang Petrus sudah tulis, bahwa "baptisan sekarang menyelamatkan kamu"—seseorang berkata, "Tidak mungkin! Baptisan tidak dapat menyelamatkan dan tidak menyelamatkan!" Apapun arti nas itu, beberapa orang akan mengatakan bahwa nas itu tidak bisa benar-benar berarti seperti yang dikatakannya. Saya ingat, misalnya, pernah membahas nas ini dengan seorang pengkhotbah denominasi, ketika saya masih SMA. Ia berkata bahwa baptisan tidak penting bagi keselamatan. Ketika saya mengutip ayat ini untuk membantah pendapatnya itu, ia mengacu kepada bacaan Alkitab KJV atas ayat ini yang berbunyi, "Kiasan yang sama yang mana baptisan bahkan sekarang menyelamatkan." Ia berkata, "Baptisan adalah kiasan. Itu menyelamatkan kita secara kiasan. Baptisan tidak benar-benar menyelamatkan kita!" Waktu itu saya tidak tahu untuk berkata apa lagi tetapi, "Nas itu tetap mengatakan 'baptisan menyelamatkan kita.'" Saya kira itu adalah jawaban yang baik. Orang yang memberitahu Anda bahwa baptisan tidak menyelamatkan seseorang perlu membicarakan hal itu dengan Petrus, bukan dengan Anda. Saya juga tahu bahwa Petrus tidak sedang mengatakan bahwa baptisan adalah sebuah kiasan; ia sedang mengatakan bahwa air bah adalah bayangan, kiasan baptisan. Yang benar, kiasannya adalah air bah; kenyataannya adalah baptisan.
Orang lain mengatakan, "Jika Anda mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan manusia, maka Anda mengajarkan 'keselamatan karena perbuatan,' bahwa baptisan memiliki sifat sakramen yang membuatnya efektif bahkan tanpa iman." Ini sama sekali tidak benar karena dua alasan.
Pertama, nas ini tidak mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan dengan sendirinya. Nas itu tidak mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh "baptisan saja."
Baptisan menyelamatkan hanya jika menyusul iman (Yohanes 8:24; Ibrani 11:6) dan pertobatan (Kisah 2:38; 17:30). Jika orang yang tidak percaya atau tidak bertobat dibaptis, maka ia turun ke air sebagai pendosa yang kering dan keluar dari air sebagai pendosa yang basah.
Kedua, nas ini tidak mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan melalui kuasa air. Faktanya, nas itu secara khusus menyangkal bahwa air itu sendiri yang memberi efek keselamatan; baptisan menyelamatkan "bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani." Dengan kata lain, baptisan bukan sekedar mandi; air itu tidak memiliki kuasa untuk melenyapkan dosa. Sebaliknya, keefektivitan baptisan tergantung pada dua hal. Itu tergantung pada baptisan seseorang untuk "memohonkan hati nurani yang baik" atau "jawaban hati nurani yang baik kepada Allah" (KJV). Terjemahan manapun yang benar, pesannya adalah jelas: Pemikiran individu terlibat dalam baptisan Alkitabiah. Orang yang mencari keselamatan, pengampunan, bisa menerimanya dalam baptisan. Orang yang tidak berpikir seperti itu, tidak bisa menerimanya. Itu juga tergantung pada kebangkitan Kristus: "Oleh kebangkitan Yesus Kristus" Ada kuasa! Kuasanya bukan pada air, pada tangan pembaptis, atau pada gereja; kuasa itu ada dalam Kristus! Ketika kita merespon Kristus dengan dibaptis ke dalam Dia, meminta penyucian kepada Dia pada waktu itu, barulah Ia menyelamatkan kita melalui kuasa kebangkitan-Nya! Nas ini, yang jauh dari ajaran "keselamatan karena perbuatan," mengajarkan keselamatan melalui kebangkitan Kristus.
Maksud utamanya adalah bahwa, meski kematian Kristus adalah untuk membawa kita kepada Allah, tapi kita tidak bisa datang kepada Dia kecuali kita bekerja sama dalam keselamatan kita, kecuali kita menerima karunia keselamatan Allah dengan cara dibaptis. Itulah cara kita mengiyakan, menerima, dan mendapatkan keselamatan.
ADEGAN 4: KESELAMATAN DISEMPURNAKAN
Lokasi : Sorga.
Waktu : Dari masa lalu sampai kekekalan. Tokoh-tokoh : Yesus dan semua bala tentara langit.
Teks 3:22 : "[Yesus Kristus] yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada -Nya."
Setelah hanya menyebutkan kebangkitan, Petrus melanjutkan bicara tentang di mana Kristus sekarang berada—di sorga dengan "segala malaikat, kuasa dan kekuatan" yang ditaklukkan kepada Dia. Dengan demikian, ia menuntaskan gambaran tentang penderitaan hamba yang tidak bersalah yang pada akhirnya berjaya. (Lihat juga Filipi 2:5-11.) Pemikiran itu akan sudah mendukung para pembaca pertama: Jika Kristus, yang menderita tanpa kesalahan, pada akhirnya dimuliakan di sorga, mereka juga bisa dimuliakan. Selain itu, pemikiran kita diarahkan kembali kepada Kristus, yang dengan siapa Petrus memulai nas ini dan dengan siapa ia akan memulai pembahasannya tentang topik berikutnya. Hal ini, tentu saja, tidak mengejutkan, karena bagi Petrus, Yesus Kristus adalah pahlawan keseluruhan kitab itu. Kristus disebut, baik dengan nama, dengan kata ganti orang yang mengacu kepada Dia, atau dengan kiasan (seperti batu hidup atau gembala), dalam setidaknya 36 dari 105 ayat dalam kitab itu— lebih dari sepertiga dari ayat-ayat itu.
Apa yang ingin kita tekankan adalah bahwa keselamatan tidak lengkap sampai Kristus naik ke sorga. Sampai Ia menjadi Tuhan dan Kristus (Kisah 2:36); sampai Ia dimahkotai Raja atas kerajaan itu; sampai Ia mempersembahkan darah-Nya sendiri sebagai korban sekali untuk selamanya bagi dosa-dosa kita; sampai Ia menjadi Imam Besar kita; setelah Ia menjadi, dalam kepenuhan-Nya, Juruselamat kita. Jika Ia tidak melengkapi karya-Nya, menyempurnakannya, keselamatan tidak akan mungkin terjadi. Tapi, syukur kepada Allah, Ia sudah melakukan hal itu! Oleh karena itu, keselamatan menjadi mungkin! Selain itu, kita melayani Juruselamat yang telah bangkit dan Raja kita memerintah atas semuanya! Suatu hari nanti kita akan memerintah bersama Dia! Yesus berkata, "Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya" (Wahyu 3:21). Kita tahu bahwa "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31).
KESIMPULAN
Begitulah faktanya: kisah keselamatan dalam empat adegan. Itu dimulai dengan apa yang Kristus sudah lakukan ketika Ia mati untuk kita, orang yang benar untuk orang yang tidak benar, untuk membawa kita kepada Allah. Itu berlanjut ketika kita merespon karunia-Nya dengan mentaati Dia dalam baptisan. Kisah itu berlanjut dengan adegan di sorga: Yesus berada di sana, Tuhan atas segala sesuatu, dan kita dapat mengantisipasi untuk kelak bersama Dia.
Di adegan yang manakah Anda cocok? Peranan apakah yang Anda mainkan? Kristus telah mati untuk Anda. Tapi untuk diselamatkan oleh kematian-Nya, Anda harus dibaptis, setelah percaya, mengakui iman Anda, dan bertobat. Sudahkah Anda dibaptis? Jika tidak, hal apakah yang merintangi Anda untuk dibaptis? Tentunya itu bukan karena kurangnya pengertian, sebab Anda tahu apa yang seharusnya Anda lakukan.Tentunya itu bukan karena kurangnya kesempatan, sebab Anda memiliki kesempatan itu sekarang. Tentunya itu bukan karena kurangnya ucapan syukur, karena Kristus telah melakukan semua untuk Anda dan Anda tidak akan menolak untuk mentaati Dia dalam hal ini. Tentunya itu bukan karena kurangnya urgensi, karena Anda tahu bahwa hari esok mungkin tidak akan pernah datang. Tentunya tidak ada yang harus mencegah Anda untuk datang kepada Dia untuk dibaptis sekarang.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penebusan Pengganti Dosa (1 Petrus 3:18)
Melakukan sesuatu berdasarkan penggantian adalah melakukan itu lewat tindakan orang lain. Salah satu yang pa...
Penebusan Pengganti Dosa (1 Petrus 3:18)
Melakukan sesuatu berdasarkan penggantian adalah melakukan itu lewat tindakan orang lain. Salah satu yang paling mendasar dari doktrin Kristen adalah bahwa Yesus menderita di kayu salib untuk dosa-dosa yang tidak Ia lakukan. Yohanes berkata tentang Yesus, "Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa" (1 Yohanes 3:5). Karena Yesus tidak berdosa maka atas dasar penggantian Ia menderita untuk dosa-dosa yang kita perbuat. Dengan cara itu, harga bagi dosa-dosa kita telah dibayar. Di atas kayu salib murka Allah terhadap dosa, tuntutan-Nya untuk keadilan, dipenuhi. Meski dulu kita adalah musuh, kini kita dibawa ke hadirat-Nya setelah diampuni. Kita berbagi kehi-dupan ini yang diberikan kepada kita oleh Yesus di masa kini, dan harapan kita adalah bahwa Tuhan akan datang kembali dalam segala kemuliaan-Nya. Maka kepenuhan berkat Allah akan menjadi milik umat-Nya untuk dibagi.
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi